Monday, 27 February 2017

Puisi Pejuang, Koruptor, Guru dan Kyai



Pejuang
69 tahun silam kami persembahkan detik nadi..
Jerih payah perjuangan selalu menjadi usaha kami..
Darah dan luka menjadi makanan kami setiap hari…
Kematian tidak pernah putus dalam hari-hari kami..
Kami berjuang dengan sepenuh tenaga untuk negeri
Hancur lebur tulang belulang
Berlumur darah sekujur tubuh
Bermandi keringat tapi menyejukkan hati

Ku rela demi tanah airku
Sangsaka merah berani
Putih nan suci
Melambai-lambai di tiup angin
Air mata bercucuran sambil beriring do'a
Berkibar dalam syair sang saka
Berkobar dalam puisi Indonesia
Untuk meraih cita-cita merdeka



Perusak
Karuptor
Namamu seperti raja
Tenarmupun bagai pengusa
Senyummu penuh ceria
Malumupun seakan sirna
Kamu buat kami menangis
Kamu buat kami merana
Kamu buat kami sengsara
Dan kamu buat kami menderita
Imanmu semakin sirna
Amanahpun kau acuhkan
Ada duit kau terlena
Koruptor
Betapa banyak dosamu pada kami
Kau gunakan uang negra untuk nafsu belaka
Sudah banyak rakyat yg menderita
Wahai koruptor
Kau sombongkan dengan pangkatmu sehingga kami terluka
Uang Negara kau rampas


Guru
Wahai anak anakku jadilah kalian manusia besar dan berharga
Bermanfaat bagi nusa dan agama
Gantungkan cita-citamu setinggi bintang diangkasa
Jadilah manusia yang terkenal berkaliber nasional bahkan internasional
Korbankanlah pikiranmu, tenagamu dan perasaanmu
Hilangkan bayangan yang mematikan kreatifitas
Bekerjalah sampai tuntas

Kyai
Janganlah kau pernah lupa pada akhirat
Sehingga di akhir hidupmu kau berkata oohh alangkah cepatnya kehidupan..
Ketahuilah bahwasannya kehidupan adalah menanti kematian
Teman dan harta adalah cobaan
Ingatlah ketika jasadmu terbujur kaku tak berdaya..
Paras tampan dan tubuh yang perkasa akan menjadi rebutan binatang2 tanah
Dan akhirnya hanya tersisa tulang belulang..
Alangkah tak berharganya jasad ini, yang bertahun2 kau banggakan dank au sanjung berakhir dan tamat  terhimpit oleh gelap dan sempit
Mengapa manusia terpikat oleh nikmat sesaat
Sedangkan hidup tak lebih hanya kisah riwayat
Sekali hidup kemudian tamat
Lalu apa yang ditinggalkan untuk umat


No comments:

Post a Comment