Wednesday, 1 March 2017

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN REKONSTRUKSIONISME



ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN REKONSTRUKSIONISME
Oleh Heru Prasetyo

Rekonstruksionisme berasal dari bahasa inggris Reconstruct yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan aliran rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.
Pada dasarnya aliran rekonstruksionisme sepaham dengan aliran perenialisme bahwa ada kebutuhan mendesak untuk kejelasan dan kepastian bagi kebudayaan zaman modern sekarang (hendak menyatakan krisis kebudayaan modern), yang sekarang mengalami ketakutan, kebimbangan dan kebingungan.[1] Tetapi aliran rekonstruksionisme tidak sependapat dengan cara dan jalan pemencahan yang ditempuh filsafat perenialisme. Aliran perenialise memilih jalan kembali ke alam kebudayaan abad pertengahan. Sementara itu alliran rekonstruksionisme berusaha membina suatu konsensus yang paling luas dan paling mungkin tentang tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia.[2]

Untuk mencapai tujuan tersebut, rekonstruksionisme berusaha mencari kepepakatan semua orang mengenai tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tatanan baru seluruh lingkungannya, maka melalui lembaga dan proses pendidikan. Rekonstruksionisme ingin merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang sama sekali baru.[3]
Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivme, gerakan ini lahir didasari atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada pada saat sekarang ini. Rekonstrusionisme di pelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930 yang ingin membangun masyarakat baru, masyrakat yang pantas dan adil. Tokoh-tokoh aliran rekonstruksionisme yaitu Caroline pratt, George count, dan Harold rugg.
Progresifisme yang dilandasi pemikiran Dewey dikembangkan oleh Kilpatrick dan Jhon Child, juga mendorong pendidikan agar lebih sadar terhadap tanggung jawab sosial. Namun mereka tidak sepakat dengan Count dan rugg bahwa sekolah harus melakukan perbaikan masyarakat yang spesifik. Kaum progresif lebih suka menekankan tujuan umum pertumbuhan masyarakat melalui pendidikan . Aliran ini berpendapat bahwa sekolah harus mendominasi atau mengarahkan perubahan (rekonstruksi) pada tatanan sosial saat ini. [4]
Usaha rekonstruksionisme sosial yang diupayakan Brammeld didasarkan atas suatu asumsi bahwa kita telah beralih dari masyarakat agraris pedesaan kemasyarakat urban yang berteknologi tinggi namun masih terdapat suatu kelambatan budaya yang serius yaitu dalam kemampuan manusia menyesuaikan diri terhadap masyarakat teknologi. Hal tersebut sesuai dengan pandangan Count bahwa apa yang diperlukan pada masyarakat yang memiliki perkembangan teknologi yang cepat adalah rekonstruksi masyarakat dan pembentukan serta perubahan tata dunia baru.
Rekontruksionalisme dipelopori oleh George Count dan Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil. Beberapa tokoh dalam aliran ini yaitu : Carroline Pratt, Georg Count, dan Harold Rugg.
Caroline Patt menyatakan bahwa nilai terbesar suatu sekolah harus menghasilkan manusia-manusia yang dapat berfikir secara efektif dan bekerja secara konstruktif , yang saat bersamaan dapat membuat suatu dunia yang lebih baik dibandingkan dengan sekarang ini untuk hidup didalamnya.
Teori pendidikan rekonstruksionisme yang dikemukakan oleh brameld terdiri dari Enam tesis,yaitu;
1.     Pendidikan harus dilaksanakan disini dan sekarang dalam rangka menciptakan tata sosial baru yang akan mengisi nilai- nilai dasar budaya kita, dan selaras dengan yang mendasari kekuatan–kekuatan ekonomi, dan sosial masyarakat modern. sekarang peradaban menghadapi kemungkinan penghancuran diri.
2.     Masyarakat baru harus berada dalam kehidupan demokrasi sejati, dimana sumber dan lembaga utama dalam masyarakat dikontrol oleh warganya sendiri.semua yang mempengaruhi harapan dan hajat masyarakat seperti, sandang, pangan, papan, kesehatan, industri dan sebagainya.
3.     Anak, sekolah, dan pendidikan itu sendiri dikondisikan oleh kekuatan budaya dan sosial. Menurut rekonstruksionisme, hidup beradap adalah hidup berkelompok, sehingga kelompok akan memainkan peran yang penting disekolah.
4.     Guru harus meyakini terhadap validitas dan urgensi dirinya dengan cara bijaksana yaitu dengan memperhatikan prosedur yang demokratis.
5.     Cara dan tujuan pendidikan harus diubah kembali seluruhnya dengan tujuan untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan krisis budaya dewasa ini, dan untuk menyesuaikan kebutuhan dengan sains sosial.
6.     Kita harus meninjau kembali penyusunan kurikulum, isi pelajaran, metode yang dipakai,struktur administrasi, dan cara bagaimana guru dilatih.semua itu harus dibangun kembali bersesuaian dengan teori kebutuhan tentang sifat dasar manusia secara rasional dan ilmiah.
Oleh karena itu, pada aliran rekonstruuksionisme ini, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Disarming itu aliran rekonstruksionisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sebagainya.
Dalam aliran rekonstuksionisme ini akan membahas tentang tujuan pendidikan, kurikulum, metode, siswa dan pendidik.
Makalah Aliran rekonstruksionisme ini bertujuan untuk mengetahui dalam penereapan di bidang pendidikan dan sebagainya.

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN REKONSTRUKSIONISME
Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan aliran rekonstruksionisme adalah menumbuhkan kesadaran yang terdidik yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi manusia dalam skala global dan memberikan keterampilan kepada mereka agar memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah tersebut.
Tujuan akhir pendidikan dari aliran rekonstruksionisme adalah terciptanya masyarakat baru, yaitu sesuatu masyarakat global yang saling ketergantungan dan menyusun kembali penataaan ulang atau merekonstruksi masyarakat.[5]
Tujuan pendidikan harus diubah kembali seluruhnya dengan tujuan untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan krisis budaya dewasa ini, dan untuk menyesuaikan kebutuhan dengan sains sosial. Yang penting dari sains sosial adalah mendorong kita untuk menemukan nilai- nilai, dimana manusia peercaya atau tidak bahwa nilai- nilai itu bersifat universal.
Jadi tujuan pendidikan rekonstruksionis adalah membangkitkan kesadaran para peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala global, dan mengajarkan kepada mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut. Sekolah-sekolah rekonstruksionis berfungsi sebagai lembaga utama untuk melakukan perubahan sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat. Tugas sekolah-sekolah rekonstruksionis adalah mengembangkan ”insinyur-insinyur” sosial, warga-warga negara yang mempunyai tujuan mengubah secara radikal wajah masyarakat masa kini.[6]
    Metode Pendidikan
Analisis kritis terhadap kerusakan-kerusakan masyarakat dan kebutuhan-kebutuhan programatik untuk perbaikan. Dengan demikian menggunakan metode pemecahan masalah, analisis kebutuhan, dan penyusunan program aksi perbaikan masyarakat.
Guru berusaha membantu siswa dalam menemukan minat dan kebutuhannya. Sesuai dengan minat masing-masing siswa, baik dalam kegiatan pleno atau kelompok berusaha memecahkan masaalah sosial yang dihadapi dengan kerja sama.
    Kurikulum
Kurikulum merupakan subjek matter yang berisikan masalah-masalah sosial, ekonomi, politik yang beraneka ragam, yang dihadapi umat manusia, termasuk masalah-masalah sosial dan pribadi terdidik itu sendiri.[8]
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Menginggat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Menyusun kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil penelitian dan pemikiran yang mendalam. Penyusunan kurikulum tanpa landasan-landasan yang kuat akan berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya akan berakibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia. Landasan yang digunakan itu salah satunya yaitu filsafat pendidikan rekontruksionisme.[7]
Kurikulum berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan masyarakat masa depan. Kurikulum banyak berisi masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi umat manusia yang termasuk di dalamnya masalah-masalah pribadi para peserta didik sendiri dan program-program perbaikan yang ditentukan secara ilmiah untuk aksi kolektif. Kurikulum tersebut ialah berisi tentang ilmu sosial yang berguna sebagai lat melakukan rekonstruksi masyarakat.
Struktur organisasi kurikulum terbentuk dari cabang-cabang ilmu sosial dan proses-proses penyelidikan ilmiah sebagai metode pemecahan masalah.
    Peserta Didik
Siswa adalah generasi muda yang sedang tumbuh menjadi manusia pembangun masyarakat masa depan, dan perlu berlatih keras untuk menjadi insinyur-insinyur sosial yang diperlukan untuk membangun masyarakat masa depan. Lembaga(sekolah) tersebut yang bertanggung jawab atas pemberian pelajaran yang logis. Dalam hal ini peranan peserta didik adalah belajar dengan baik dan sesuai dengan yang di tentukan oleh sekolah tersebut.
Aliran rekontruksionalisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamattan dunia merupakan tugas semua umat manusia atau bangsa. Karenanya pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat akan membina manusia melalui pendidikan yang tepat atas norma dan nilai pula demi generasi sekarang dan generasi yang akan datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia. Kemudian aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur, diperintah oleh rakyat secara demokratis dan bukan dunia yang dikuasai oleh dunia tertentu.untuk secara konstruktif menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan dan perkembangan masyarakat sebagai dampak dari ilmu pengetaan.
Rekontruksionisme mengingginkan pendidikan yang membangkitkan kemampuan peserta didik untuk secara konstuktif menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan dan perkembangan masyarakat sebagai dampak dari ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik tetap berada dalam suasana bebas (Imam Barnadib.1987:26 ).

    Pendidik
Dalam rekontruksionisme tugas guru yaitu memberikan kesadaran kepada peserta didik terhadap masalah yang dihadapi , membantu peserta didik agar dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya dengan baik.
Guru juga harus membuat para peserta didik menyadarkan si terdidik terhadap  masalah-masalah yang dihadapi umat manusia, membantu terdidik mengidentivikasikan dan mengenali masalah-masalah untuk di pocahkannya, sehingga terdidik memiliki kemampuan memecahkan masalah tersebut.
Sekolah merupakan agen utama untuk perubahan sosial, politik dan ekonomi di masyarakat. Tugas sekolah adalah mengembangkan rekayasa sosial, dengan tujuan mengubah secara radikal wajah masyarakat dan masyarakat yang akan datang.[8]
Guru harus terampil dalam membantu peserta didik menghadapi kontroversi dan perubahan. Guru harus menumbuhkan berpikir berbeda-beda sebaga suatu cara untuk menciptakan alternatif-alternatif pemecahan masalah yang menjanjikan keberhasilannya.
Jadi dalam rekontruksionisme tugas guru yaitu memberikan kesadaran kepada peserta didik terhadap masalah yang dihadapi , membantu peserta didik agar dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya dengan baik.
Menurut Brameld (kneller,1971) teori pendidikan rekonstruksionisme ada 5 yaitu:
a.     Pendidikan harus di laksanakan di sini dan sekarang dalam rangka menciptakan tata sosial baru yang akan mengisi nilai-nilai dasar budaya kita, dan selaras dengan yang mendasari kekuatan-kekuatan ekonomi, dan sosial masyarakat modern.
b.     Masyarakat baru harus berada dalam kehidupan demokrasi sejati dimana sumber dan lembaga utama dalam masyarakat dikontrol oleh warganya sendiri.
c.      Anak, sekolah, dan pendidikan itu sendiri dikondisikan oleh kekuatan budaya dan sosial
d.     Guru harus menyakini terhadap validitas dan urgensi dirinnya dengan cara bijaksana dengan cara memperhatikan prosedur yang demokratis
e.      Cara dan tujuan pendidikan harus diubah kembali seluruhnya dengan tujuan untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan krisis budaya dewasa ini, dan untuk menyesuaikan kebutuhan dengan sains sosial yang mendorong kita untuk menemukan nilali-nilai dimana manusia percaya atau tidak bahwa nilai-nilai itu bersifat universal.
f.       Meninjau kembali penyusunan kurikulum, isi pelajaran, metode yang dipakai, struktur administrasi, dan cara bagaimana guru dilatih.
Kesimpulan
Dalam konteks pendidikan aliran rekonstruksionalisme merupakan suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan itu lama dengan membangun tata susunan baru yang bercorak modern.
Aliran rekontruksionalisme pada dasarnya sepaham dengan aliran perenialisme, yaitu hendak menyatakan krisis kebudayaan modern. Kedua aliran tersebut memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman yang memiliki kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan dan kesimpangsiuran.
Rekontruksionalisme dipelopori oleh George Count dan Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil. Beberapa tokoh dalam aliran ini yaitu : Carroline Pratt, Georg Count, dan Harold Rugg.
Rekontruksionisme mengingginkan pendidikan yang membangkitkan kemampuan peserta didik untuk secara konstuktif menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan dan perkembangan masyarakat sebagai dampak dari ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik tetap berada dalam suasana bebas (Imam Barnadib.1987:26 ).
Tujuan pendidikan rekonstruksionis adalah membangkitkan kesadaran para peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala global, dan mengajarkan kepada mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut. Sekolah-sekolah rekonstruksionis berfungsi sebagai lembaga utama untuk melakukan perubahan sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat. Tugas sekolah-sekolah rekonstruksionis adalah mengembangkan ”insinyur-insinyur” sosial, warga-warga negara yang mempunyai tujuan mengubah secara radikal wajah masyarakat masa kini.
Analisis kritis terhadap kerusakan-kerusakan masyarakat dan kebutuhan-kebutuhan programatik untuk perbaikan. Dengan demikian menggunakan metode pemecahan masalah, analisis kebutuhan, dan penyusunan program aksi perbaikan masyarakat.
Kurikulum berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan masyarakat masa depan. Kurikulum banyak berisi masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi umat manusia yang termasuk di dalamnya masalah-masalah pribadi para peserta didik sendiri dan program-program perbaikan yang ditentukan secara ilmiah untuk aksi kolektif. Kurikulum tersebut ialah berisi tentang ilmu sosial yang berguna sebagai lat melakukan rekonstruksi masyarakat.
Siswa adalah generasi muda yang sedang tumbuh menjadi manusia pembangun masyarakat masa depan, dan perlu berlatih keras untuk menjadi insinyur-insinyur sosial yang diperlukan untuk membangun masyarakat masa depan.
Guru harus membuat para peserta didik menyadarkan si terdidik terhadap  masalah-masalah yang dihadapi umat manusia, membantu terdidik mengidentivikasikan dan mengenali masalah-masalah untuk di pocahkannya, sehingga terdidik memiliki kemampuan memecahkan masalah tersebut.



DAFTAR PUSTAKA
http://neneng- halimah- unindra2b.blogspot.com/2008/6/filsafat pendidikan.html
http://megafiunibi2.blogspot.com/2008/05/aliran-aliran-pendidikan-filsafat-long.html
Syam, Muhammad Noor. : Filsafat Pendidikan dan Dasar filsafat pendidikan pancasila. Surabaya: Usaha Nasional, 1986.
Sadulloh, Uyoh, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung, Alfabeta 2003
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta, Bumi Aksara, 2004






[1]Muhammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila. Surabaya:Usaha Nasional,1986,hlm .222
[2] Ibid, hlm 341
[3] http://megafiunibi2.blogspot.com/2008/05/aliran-aliran-pendidikan-filsafat-long.html
[4]http:// neneng- halimah- unindra2b.blogspot.com/2008/6/filsafat pendidikan.html

[5] Ibid, hlm. 155
[6] Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung, Alfabeta 2003, hlm. 133
[7] Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam . Jakarta, bumi Aksara, 2004, hlm.29
[8] Ibid, hlm. 154

No comments:

Post a Comment