Wednesday, 1 March 2017

SUBJEK DAN SASARAN EVALUASI PENDIDIKAN



SUBJEK DAN SASARAN EVALUASI PENDIDIKAN

Pendahuluan
Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “Evaluation”. Menurut Wand dan Brown dalam bukunya Essentials of Educational Evaluation mengatan, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai daripada sesuatu. Sesuai dengan pendapat tersebut maka evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan.
Akan tetapi pasti suatu evaluasi tersebut mempunyai sasaran dan tujuan, maka dalam makalah ini kami ingin menguraikan tentang subjek dan sasaran evaluasi.
Pembahasan
1.      Subjek evaluasi
Yang dimaksud dengan subjek evaluasi adalah orang yang melakukan pekerjaan evaluasi. Siapa yang dapat disebut sebagai subjek evaluasi untuk setiap tes, ditentukan oleh suatu aturan pembagian tugas atau ketentuan yang berlaku.
Contoh :
a.       Untuk melaksanakan evaluasi tentang prestasi belajar atau pencapaian nilai maka sebagai subjek evaluasi adalah guru.
b.      Untuk melaksanakan evaluasi  sikap yang menggunakan sebuah skala maka sebagai subjeknya dapat meminta petugas yang ditunjuk, dengan didahului oleh suatu latihan melaksanakan evaluasi tersebut.
c.       Untuk melaksanakan evaluasi terhadap kepribadian dimana menggunakan sebuah alat ukur yang sudah distandarkan maka subjeknya adalah ahli-ahli psikologi. Disamping alatnya yang harus bersifat rahasia maka subjek evaluasi haruslah seorang yang betul-betul ahli karena jawaban dan tingkah laku orang yang di tes harus diinterprestasikan dengan cara tertentu.

Tidak setiap orang dapat menafsirkan jawaban tes kepribadian ini, sehingga hanya orang yang telah mempelajari tes secara mendalam saja yang dapat melakukannya. Demikian juga dengan tes intelegensi, subjek pelakunya harus seorang ahli.
Dalam keterangan ini, penulis mengategorikan pelaksana evaluasi sebagi subjek evaluasi. Ada pandangan lain yang disebut subjek evaluasi adalah siswa, yakni orang yang dievaluasi. Dalam hal ini yang dapat dipandang sebagai objek misalnya : prestasi matematika, kemampuan membaca, kecepatan lari, dan sebagainya. Pandangan lain lagi mengklasifikasikan siswa sebagai objek evaluasi dan guru sebagai subjeknya.

2.      Sasaran Evaluasi


 





Apabila kita kembali kepada diagram di atas, kita akan mengetahui apa yang menjadi sasaran dari penilaian. Objek atau sasaran penilaian adalah segala sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan karena penilai menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut.
Dengan masih menggunakan diagram tentang transformasi maka sasaran penilaian untuk unsure-unsurnya meliputi : input, transformasi dan output.

a.       Input
Calon siswa sebagai pribadi yang utuh, dapat ditinjau dari beberapa segi yang menghasilkan bermacam-macam bentuk tes yang di gunakan sebagai alat untuk mengukur. Aspek yang bersifat rohani setidak-tidaknya ada 4 hal :
1.      Kemampuan
Jika diibaratkan bahwa seorang ibu rumah tangga ingin membuat  rendang daging sapi, sudah barang tentu ibu rumah tangga tersebut akan memilih dan membeli daging yang cocok atau sesuai untuk dimasak menjadi rendang. Demikian pula halnya dalam dunia pendidikan di sekolah, unyuk dapat diterima sebagai calon peserta didik dalam rangka untuk mengikuti program pendidikan tertentu, maka para calon peserta didik itu harus memiliki kemampuan yang sesuai atau memadai, sehingga dalam mengikuti proses pembelajaran pada program pendidikan tertentu itu nantinya, peserta didik tidak akan mengalami banyak hambatan atau kesulitan.
Sehubungan dengan itu, maka bekal kemampuan yang dimiliki oleh para calon pesera didik perlu untuk dievaluasi terlebih dahulu, guna mengetahui sampai sejauh mana kemapuan yang dimiliki oleh masing-masing calon peserta didik dalam mengikuti program pendidikan tertentu itu. Kemampuan calon peserta didik yang akan mengikuti program pendidikan sebagai taruna Akademi Angkatan Laut tentu harus dibedakan dengan kemampuan calon peserta didik yang akan mengikuti program pendidikan pada sebuah Perguruan Tinggi Agama Islam. Kemampuan yang harus dievaluasi bagi para calon mahasiswa Fakultas Seni Rupa pada Institut  Seni tentu akan berbeda dengan kemampuan yang harus dievaluasi terlebih dahulu bagi para calon mahasiswa yang akan mengikuti program pendidikan pada Fakultas Sastra, dan seterusnya.
Untuk dapat mengikuti program dalam suatu lembaga/sekolah / institusi maka calon siswa harus memiliki kemampuan yang sepadan. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan ini disebut tes kemampuan atau attitude test.
2.      Kepribadian
Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri manusia dan menampakkan bentuknya dalam tingkah laku. Sebelum mengikuti program pendidikan tertentu, para calon peserta didik perlu terlebih dahulu dievaluasi kepribadian mereka secara psikologis akan dapat mempengaruhi keberhasilan merka dalam mengikuti program pendidikan tertentu.
Dalam hal-hal tertentu, informasi tentang kepribadian sangat diperlukan. Alat untuk mengetahui kepribadian seseorang disebut tes kepribadian atau personality test.
3.      Sikap-sikap
Sebenarnya sikap ini merupakan bagian dari tingkah laku manusia sebagai gejala atau gambaran kepribadian yang memancar keluar. Namun karena sikap ini merupakan sesuatu yang paling menonjol dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan maka banyak orang yang menginginkan informasi khusus tentangnya. Alat untuk mengetahui keadaan sikap seseorang dinamakan tes sikap atau attitude test. Oleh karena tes ini berupa skala, maka lalu disebut skala sikap atau attitude scale.
Contoh mengenai tes sikap yang diungkap dengan menggunakan skala sikap adalah : sikap tenggang rasa, sikap kebangsaan, sikap keagamaan dan lain-lain.
4.      Intelegensi
Untuk mengetahui tingkat intelegensi ini digunakan tes intelegensi yang sudah banyak diciptakan oleh para ahli. Dalam hal ini yang terkenal adalah tes buatan. Binet dan simon yang dikenal dengan tes binet-simon. Selain itu ada lagi tes-tes yang lain misalnya : SPM, Tintum, dan sebagainya. Dari hasil tes akan diketahui IQ (Intelegensi Qoutient) orang tersaebut. IQ bukanlah intelegensi.IQ berbeda dengan intelegensi karena IQ hanyalah angka yang memberikan petunjuk tinggi rendahnya intelegensi seseorang. Dengan pengertian ini mka kurang benarlah jika ada orang mengatakan “IQ jongkok” karena IQ adalah berupa angka. Mestinya IQ rendah diartikan bahwa angkanya rendah.
Berkenaan dengan hubungan antara sikap-sikap dan kepribadian, A.N. Oppenheim dalam bukunya Questionnaire Design and Attitude Measurement mengajukan gambar seperti pada gambar berikut. Dari gambarini jelas ahwakepribadian merupakan sesuatu yang ada dalam diri manusia dan sangat dalam letaknya sehingga susah dilihat.



 










b.      Transformasi
Telah dijelaskan bahwa banyak unsure yang terdapat dalam transformasi yang semuanya dapat menjadi sasaran atau objek penilaian demi diperolehnya hasil pendidikan yang diharapkan. Unsure-unsur dalam transformasi yang menjadi objek penilaian antara lain :
1.      Kurikulum/materi
2.      Metode dan cara penilaian,
3.      Sarana pendidikan/media,
4.      System administrasi
5.      Guru dan personal lainnya.
           Transformasi yang dapat diibaratkan sebagai “mesin pengolah yang bertugas mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi”, akan memegang peranan yang sangat penting. Ia dapat menjadi factor penentu yang dapat menyebabkan keberhasilan atau kegagalan dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan, karena itu obyek-obyek yang termasuk dalam transformasi itu perlu dinilai atau dievaluasi secara berkesinambungan. Kurikulum yang tidak sejalan dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai, tidak menyebabkan terjadinya kegagalan dalam pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Penggunaan metode-metode mengajar yang kurang tepat, teknik penilaian hasil belajar yang tidak memperhatikan prinsip-prinsip dasar evaluasi itu sendiri, sarana pendidikan yang tidak atau kurang memadai, system administrasi yang bersifat acak-acakan, pimpinan lembaga pendidikan, tenaga pengajar dan karyawan yang tidak professional, kesemuanya itu akan sangat mempengaruhi proses “pengolahan bahan mentah”  menjadi “bahan jadi yang siap dipakai”.
c.       Output
Penilaian terhadap lulusan suatu sekolah dilakukan untuk mengetahui  seberapa jauh itngkat pencapaian/prestasi belajar mereka selama mengikuti program. Alat yang digunakan untuk mengukur pencapaian ini disebut tes pencapaian atau achievement test.
Kecenderungan yang ada sampai saat ini di sekolah adalah bahwa guru hanya menialai prestasi belajar aspek kognitif atau kecerdasan saja. Alatnya adalah tes tertulis. Aspek psikomotorik, apalagi afektif, sangat langka dijamah oleh guru. Akibatnya dapat kita saksikan, yakni bahwa para lulusan hanya menguasai teori tetapi tidak terampil melakukan pekerjaan ketrampilan, juga tidak mampu mengaplikasikan pengetahuan yang sudah mereka kuasai. Lemahnya pembelajaran dan evaluasi terhadap aspek afektif ini, jika kita mau intropeksi, telah berakibat merosotnya akhlak para lulusan, yang selanjutnya berdampak luas pada merosotnya akhlak bangsa.

Penutup
                        Dari uraian di atas kita telah memahami bahwa subjek evaluasi tergantung pada lingkungan yang akan di bahas, yang dimana subjek evaluasi adalah manusia itu sendiri yang sedang melakukan evaluasi. Dan sasaran disini berupa sebuah kumpulan dari sebuah runtutan unsure yang terdiri dari, input, transformasi dan output.


Refernsi
Nurkancana, Drs. Wayan, EVALUASI PENDIDIKAN, Usaha Nasional, Surabaya, 1986
Arikunto, Prof. Dr. Suharsimi, DASAR-DASAR EVALUASI PENDIDIKAN, Bumi Aksara, Jakarta, 2005
Sudijono, Prof. Drs. Anas, PENGANTAR EVALUASI PENDIDIKAN, Raja Grafindo Perkasa, Jakarta, 1996



No comments:

Post a Comment