SUBJEK DAN SASARAN EVALUASI PENDIDIKAN
Pendahuluan
Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “Evaluation”.
Menurut Wand dan Brown dalam bukunya Essentials of Educational Evaluation
mengatan, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan
nilai daripada sesuatu. Sesuai dengan pendapat tersebut maka evaluasi
pendidikan dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai segala sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang
ada hubungannya dengan dunia pendidikan.
Akan tetapi pasti suatu evaluasi tersebut mempunyai sasaran dan
tujuan, maka dalam makalah ini kami ingin menguraikan tentang subjek dan
sasaran evaluasi.
Pembahasan
1.
Subjek evaluasi
Yang dimaksud dengan subjek evaluasi adalah orang yang melakukan
pekerjaan evaluasi. Siapa yang dapat disebut sebagai subjek evaluasi untuk setiap
tes, ditentukan oleh suatu aturan pembagian tugas atau ketentuan yang berlaku.
Contoh :
a.
Untuk
melaksanakan evaluasi tentang prestasi belajar atau pencapaian nilai maka
sebagai subjek evaluasi adalah guru.
b.
Untuk
melaksanakan evaluasi sikap yang menggunakan
sebuah skala maka sebagai subjeknya dapat meminta petugas yang ditunjuk, dengan
didahului oleh suatu latihan melaksanakan evaluasi tersebut.
c.
Untuk
melaksanakan evaluasi terhadap kepribadian dimana menggunakan sebuah alat ukur
yang sudah distandarkan maka subjeknya adalah ahli-ahli psikologi. Disamping
alatnya yang harus bersifat rahasia maka subjek evaluasi haruslah seorang yang
betul-betul ahli karena jawaban dan tingkah laku orang yang di tes harus
diinterprestasikan dengan cara tertentu.
Tidak setiap orang dapat menafsirkan jawaban tes kepribadian ini,
sehingga hanya orang yang telah mempelajari tes secara mendalam saja yang dapat
melakukannya. Demikian juga dengan tes intelegensi, subjek pelakunya harus
seorang ahli.
Dalam keterangan ini, penulis mengategorikan pelaksana evaluasi
sebagi subjek evaluasi. Ada pandangan lain yang disebut subjek evaluasi adalah
siswa, yakni orang yang dievaluasi. Dalam hal ini yang dapat dipandang sebagai
objek misalnya : prestasi matematika, kemampuan membaca, kecepatan lari, dan
sebagainya. Pandangan lain lagi mengklasifikasikan siswa sebagai objek evaluasi
dan guru sebagai subjeknya.
2.
Sasaran
Evaluasi
Apabila kita kembali kepada diagram di atas, kita akan mengetahui
apa yang menjadi sasaran dari penilaian. Objek atau sasaran penilaian adalah
segala sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan karena penilai menginginkan
informasi tentang sesuatu tersebut.
Dengan
masih menggunakan diagram tentang transformasi maka sasaran penilaian untuk
unsure-unsurnya meliputi : input, transformasi dan output.
a.
Input
Calon siswa sebagai pribadi yang utuh, dapat ditinjau dari beberapa
segi yang menghasilkan bermacam-macam bentuk tes yang di gunakan sebagai alat
untuk mengukur. Aspek yang bersifat rohani setidak-tidaknya ada 4 hal :
1.
Kemampuan
Jika
diibaratkan bahwa seorang ibu rumah tangga ingin membuat rendang daging sapi, sudah barang tentu ibu
rumah tangga tersebut akan memilih dan membeli daging yang cocok atau sesuai
untuk dimasak menjadi rendang. Demikian pula halnya dalam dunia pendidikan di
sekolah, unyuk dapat diterima sebagai calon peserta didik dalam rangka untuk mengikuti
program pendidikan tertentu, maka para calon peserta didik itu harus memiliki
kemampuan yang sesuai atau memadai, sehingga dalam mengikuti proses
pembelajaran pada program pendidikan tertentu itu nantinya, peserta didik tidak
akan mengalami banyak hambatan atau kesulitan.
Sehubungan
dengan itu, maka bekal kemampuan yang dimiliki oleh para calon pesera didik
perlu untuk dievaluasi terlebih dahulu, guna mengetahui sampai sejauh mana
kemapuan yang dimiliki oleh masing-masing calon peserta didik dalam mengikuti
program pendidikan tertentu itu. Kemampuan calon peserta didik yang akan
mengikuti program pendidikan sebagai taruna Akademi Angkatan Laut tentu harus
dibedakan dengan kemampuan calon peserta didik yang akan mengikuti program
pendidikan pada sebuah Perguruan Tinggi Agama Islam. Kemampuan yang harus
dievaluasi bagi para calon mahasiswa Fakultas Seni Rupa pada Institut Seni tentu akan berbeda dengan kemampuan yang
harus dievaluasi terlebih dahulu bagi para calon mahasiswa yang akan mengikuti
program pendidikan pada Fakultas Sastra, dan seterusnya.
Untuk dapat
mengikuti program dalam suatu lembaga/sekolah / institusi maka calon siswa
harus memiliki kemampuan yang sepadan. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur
kemampuan ini disebut tes kemampuan atau attitude test.
2.
Kepribadian
Kepribadian
adalah sesuatu yang terdapat pada diri manusia dan menampakkan bentuknya dalam
tingkah laku. Sebelum mengikuti program pendidikan tertentu, para calon peserta
didik perlu terlebih dahulu dievaluasi kepribadian mereka secara psikologis
akan dapat mempengaruhi keberhasilan merka dalam mengikuti program pendidikan
tertentu.
Dalam hal-hal
tertentu, informasi tentang kepribadian sangat diperlukan. Alat untuk
mengetahui kepribadian seseorang disebut tes kepribadian atau personality test.
3.
Sikap-sikap
Sebenarnya
sikap ini merupakan bagian dari tingkah laku manusia sebagai gejala atau
gambaran kepribadian yang memancar keluar. Namun karena sikap ini merupakan
sesuatu yang paling menonjol dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan maka banyak
orang yang menginginkan informasi khusus tentangnya. Alat untuk mengetahui
keadaan sikap seseorang dinamakan tes sikap atau attitude test. Oleh karena tes
ini berupa skala, maka lalu disebut skala sikap atau attitude scale.
Contoh mengenai
tes sikap yang diungkap dengan menggunakan skala sikap adalah : sikap tenggang
rasa, sikap kebangsaan, sikap keagamaan dan lain-lain.
4.
Intelegensi
Untuk
mengetahui tingkat intelegensi ini digunakan tes intelegensi yang sudah banyak
diciptakan oleh para ahli. Dalam hal ini yang terkenal adalah tes buatan. Binet
dan simon yang dikenal dengan tes binet-simon. Selain itu ada lagi tes-tes yang
lain misalnya : SPM, Tintum, dan sebagainya. Dari hasil tes akan diketahui IQ
(Intelegensi Qoutient) orang tersaebut. IQ bukanlah intelegensi.IQ berbeda
dengan intelegensi karena IQ hanyalah angka yang memberikan petunjuk tinggi
rendahnya intelegensi seseorang. Dengan pengertian ini mka kurang benarlah jika
ada orang mengatakan “IQ jongkok” karena IQ adalah berupa angka. Mestinya IQ
rendah diartikan bahwa angkanya rendah.
Berkenaan
dengan hubungan antara sikap-sikap dan kepribadian, A.N. Oppenheim dalam
bukunya Questionnaire Design and Attitude Measurement mengajukan gambar seperti
pada gambar berikut. Dari gambarini jelas ahwakepribadian merupakan
sesuatu yang ada dalam diri manusia dan sangat dalam letaknya sehingga susah
dilihat.
b.
Transformasi
Telah dijelaskan bahwa banyak unsure yang terdapat dalam
transformasi yang semuanya dapat menjadi sasaran atau objek penilaian demi
diperolehnya hasil pendidikan yang diharapkan. Unsure-unsur dalam transformasi
yang menjadi objek penilaian antara lain :
1.
Kurikulum/materi
2.
Metode dan cara
penilaian,
3.
Sarana
pendidikan/media,
4.
System
administrasi
5.
Guru dan
personal lainnya.
Transformasi yang dapat diibaratkan
sebagai “mesin pengolah yang bertugas mengubah bahan mentah menjadi bahan
jadi”, akan memegang peranan yang sangat penting. Ia dapat menjadi factor
penentu yang dapat menyebabkan keberhasilan atau kegagalan dalam upaya
pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan, karena itu obyek-obyek yang
termasuk dalam transformasi itu perlu dinilai atau dievaluasi secara
berkesinambungan. Kurikulum yang tidak sejalan dengan tujuan pendidikan yang
ingin dicapai, tidak menyebabkan terjadinya kegagalan dalam pencapaian tujuan
pendidikan tersebut. Penggunaan metode-metode mengajar yang kurang tepat,
teknik penilaian hasil belajar yang tidak memperhatikan prinsip-prinsip dasar
evaluasi itu sendiri, sarana pendidikan yang tidak atau kurang memadai, system
administrasi yang bersifat acak-acakan, pimpinan lembaga pendidikan, tenaga
pengajar dan karyawan yang tidak professional, kesemuanya itu akan sangat
mempengaruhi proses “pengolahan bahan mentah”
menjadi “bahan jadi yang siap dipakai”.
c.
Output
Penilaian terhadap lulusan suatu sekolah dilakukan untuk
mengetahui seberapa jauh itngkat
pencapaian/prestasi belajar mereka selama mengikuti program. Alat yang
digunakan untuk mengukur pencapaian ini disebut tes pencapaian atau achievement
test.
Kecenderungan yang ada sampai saat ini di sekolah adalah bahwa guru
hanya menialai prestasi belajar aspek kognitif atau kecerdasan saja. Alatnya
adalah tes tertulis. Aspek psikomotorik, apalagi afektif, sangat langka dijamah
oleh guru. Akibatnya dapat kita saksikan, yakni bahwa para lulusan hanya menguasai
teori tetapi tidak terampil melakukan pekerjaan ketrampilan, juga tidak mampu
mengaplikasikan pengetahuan yang sudah mereka kuasai. Lemahnya pembelajaran dan
evaluasi terhadap aspek afektif ini, jika kita mau intropeksi, telah berakibat
merosotnya akhlak para lulusan, yang selanjutnya berdampak luas pada merosotnya
akhlak bangsa.
Penutup
Dari
uraian di atas kita telah memahami bahwa subjek evaluasi tergantung pada
lingkungan yang akan di bahas, yang dimana subjek evaluasi adalah manusia itu
sendiri yang sedang melakukan evaluasi. Dan sasaran disini berupa sebuah
kumpulan dari sebuah runtutan unsure yang terdiri dari, input, transformasi dan
output.
Refernsi
Nurkancana, Drs. Wayan, EVALUASI PENDIDIKAN, Usaha Nasional,
Surabaya, 1986
Arikunto, Prof. Dr. Suharsimi, DASAR-DASAR EVALUASI PENDIDIKAN,
Bumi Aksara, Jakarta, 2005
Sudijono, Prof. Drs. Anas, PENGANTAR EVALUASI PENDIDIKAN, Raja
Grafindo Perkasa, Jakarta, 1996
No comments:
Post a Comment