SELF
CONTROLLING (PENGENDALIAN DIRI)[1]
A. Pendahuluan
Self-Control memiliki definisi yang
sangat beragam. Self-controling berarti pengendalian diri atau pengendalian
emosi. Kata disiplin sering digunakan untuk menjelaskan seorang trader yang
mampu mengontrol dorongan hatinya untuk meninggalkan batasan resiko. Bagi
seorang trader, self control adalah sebuah skil yang terus menerus membutuhkan
praktek, kerja keras dan determinasi. Sebagian orang menunjukan self control di
satu sisi tidak di sisi yang lain. Misalnya ada seseorang yang bisa mengontrol
pola makannya dengan disiplin mengkonsumsi makanan sehat dan teratur berolah
raga, dengan tujuan memiliki hidup yang sehat.
Puasa adalah suatu metode pelatihan
untuk pengendalian diri. Puasa bertujuan untuk meraih kemerdekaan sejati, dan
pembebasan dari belenggu nafsu yang tak terkendali. Puasa yang baik akan
memelihara asset kita paling berharga, yaitu fitrah diri. Di samping tujuan
yang lain adalah mengendalikan suasana hati, maka tujuan puasa yang lain adalah
meningkatkan kecakapan puasa secara fisiologis, dan pelatihan untuk menjaga
prinsip-prinsip yang telah dianut berdasarkan rukun Iman.
Guru dalam kaitannya dengan pentransfer
ilmu, ia harus hati-hati dalam prosesnya dengan harapan dapat memberikannya
secara utuh. Ia harus mampu mengendalikan dirinya dalam proses pembelajaran,
sabar dengan peserta didik, maupun sesama rekan guru. Sebagai guru Islam yang
berpegang teguh dengan nilai-nilai keimanan dan keislaman, ia harus dapat
mengendalikan diri dengan berpuasa. Karena dapat mempengaruhi kepribadiannya
dalam mencetak kader-kader ummat. Dalam pembahasan di bawah ini, akan
diterangkan misi pengendalian diri atau self controlling dalam
menghadapi permasalahan-permasalahan dengan jiwa-jiwa keislaman.
B. Pembahasan
Èqs9ur yìt7©?$# ,ysø9$# öNèduä!#uq÷dr&
ÏNy|¡xÿs9 ÝVºuq»yJ¡¡9$# ÞÚöF{$#ur `tBur ÆÎgÏù 4 ö@t/ Nßg»oY÷s?r&
öNÏdÌò2ÉÎ/ óOßgsù `tã cqàÊÌ÷èB NÏdÌø.Ï [2]
Andaikata
kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini,
dan semua yang ada di dalamnya. sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada
mereka kebanggaan (Al Quran) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan
itu.
Ada
beberapa kegunaan dalam pengendalian diri atau self controlling dalam
misi seorang guru dengan berpuasa, antara lain
1. Meraih
Kemerdekaan Sejati
Pengendalian
diri yang dilatih dan dilambangkan dengan puasa adalah mencapai keberhasilan,
bukan pelarian dari kenyataan hidup. Khalifah di bumi, manusia berkewajiban
untuk berjuang sebagai rahmatan lil ‘alamin, bukan mengabaikan realitas
kehidupan atau lari dari tanggung jawab. Tujuan puasa adalah menahan diri dari
nafsu dunia dan batiniyah. Dua nafsu tersebut menghasilkan sebuah rantai
belenggu yang menutup asset berharga, God-Spot. Adalah kejernihan hati dan
pikiran manusia yang merupakan sumber-sumber hati yang selalu memberikan
bimbingan dan informasi maha penting untuk kemajuan dan keberhasilan seseorang.
God-Spot yang tertutup oleh nafsu fisik dan batin mengakibatkan buta emosi,
tidak mampu dan membaca kondisi kebatiniyahan, tidak peka, menjadi bodoh, tidak
mampu mendeteksi bahaya-bahaya yang ada di sampingnya, tidak bisa mengetahui
dimana ia sedang berdiri, tidak mengerti siapa dirinya. Ia menjadi asing pada
dirinya sendiri dan di dalam lingkungannya.
Nafsu
akan selalu mengambil jalan pintas untuk mencapai suatu keberhasilan dan akan
menciptakan suatu landasan yang rapuh dan berbahaya yang justru menghantam
balik dirinya sendiri. Ia merasa benar dengan apa yang dijalani, tetapi orang
lain dapat mengetahuinya benar-benar salah atas perbuatannya. Nafsu telah
membelenggu dan menutup mata dan telinga, sehingga ia tidak mampu menyadari
bahwa ia dalam jalan kehancuran.
Tujuan
berpuasa adalah mencapai suatu kemerdekaan yang sejati. Dengan puasa akan
melatih rutin dan sistematis untuk menjaga fitrah manusia sehingga ia selalu
memiliki suatu kesadaran diri yang fitrah dan menghasilkan suatu akhlaqul
karimah.
2. Memelihara
God-Spot
Puasa
adalah rukun islam yang ketiga, sebelum membaca syahadat dan mengerjakan
shalat. Dalam artian bahwa puasa harus didahului dengan syahadat kepada Allah
dan Rasul Nya, kemudian mengerjakan shalat, barulah mengerjakan puasa. Tugas
manusia sebagai khalifah di bumi, menjalankan misi rahmatan lil’alamin dengan
memahami arti syahadat dan makna perintah dan larangan dalam shalat.
Puasa
melatih untuk menghentikan segala penghambaan selain Allah Yang Maha Esa, tanpa
didahului dengan tujuan tidak akan mendapatkan God-Spot, bahkan mendapatkan
rasa lapar dan haus dalam artian sia-sia. Apabila seseorang memahami makna
hidup sesungguhnya, niscaya membebaskan diri dari belenggu dan memakmurkan bumi
di jalan Allah.
3. Mengendalikan
Suasana Hati
Suasana
hati akan sangat berkuasa atas wawasan, pikiran, dan tindakan seseorang.
Apabila seseorang sedang marah, ia akan dengan mudah mengingat hal-hal yang
dapat memunculkan dendam. Ia akan mencari alasan-alasan yang logis sebagai
pembenaran dan rasionalisasi penumpahan kebencian. Kita akan terus memuncak
titik batas dan terus bertumpuk menuju titik kritis yang tak tertahankan. Setelah
meledak barulah sadar dan timbul penyesalan yang sangat dalam. Tetapi sudah
terlambat, karena terlontarkan kepada orang lain, ia akan terhambat mitra
kerjanya, bahkan seseorang yang sangat ia cintai. Semakin tinggi orang
mengendalikan emosi, semakin tinggi pula jalan untuk mendapatkan prestasi.
Prinsip
untuk tenang dalam menghadapi suatu provokasi atau tekanan, berlaku untuk
siapapun apabila ia berhadapan dengan orang-orang yang berwatak kasar dan
keras, baik dikalangan direktur, manajer, pengusaha, karyawan, guru, polisi,
dan tentara. Mereka harus menyelaraskan semangat keras dengan berpuasa,
sehingga mampu bekerja dengan tenang dan produktif serta mampu bekerja pada
posisi puncak.
4. Meningkatkan
Kecakapan Emosi Secara Fisiologis
Kemampuan
berfikir dan kemampuan bekerja kita akan merosot sekali, apabila kita berada di
bawah kekuasaan implus, agitasi, dan emosionalitas. Pentingnya ibadah puasa
yang diperintahkan oleh Allah melalui Nabi Muhammad mempunyai tujuan
meningkatkan kecakapan emosi dan spiritual. Sebuah bukti ilmiah tentang manfaat
puasa dari Tulisan Daniel Goleman, seorang ahli dan Taman Kanak-Kanak Stanford
disuruh masuk ke dalam sebuah ruangan seorang demi seorang, sepotong marshmallow
diletakkan di atas meja depan mereka. “Kalian boleh makan marshmallow jika
kamu mau, tetapi kalau kalian memakannya sekembali saya di sini, kalian berhak
mendapatkan sepotong lagi.
Empat
belas tahun kemudian, sewaktu mereka lulus sekolah lanjutan tingkat atas,
anak-anak yang dahulu langsung makan marshmallow dibandikan dengan
anak-anak yang mampu menahan diri sehingga mendapakan dua potong. Mereka yang
langsung melahap marshmallow tidak bisa mengendalikan dirinya, mudah
strees, tersinggung, mudah berkelahi, dan kurang tahan uji dalam mengejar
cita-cita mereka. Adapun anak-anak yang mampu menahan diri dalam ujian marshmallow
memperoleh nilai SAT-nya rata-rata lebih tinggi 210 dalam ujian masuk
perguruan tinggi. Maka kemampuan untuk menahan diri dari hawa nafsu dapat
meningkatkan kecakapan emosi secara fisiologi.
5. Pengendalian
Prinsip
Selain
berkemampuan untuk menahan diri dari hawa nafsu, puasa juaga mengendalikan
pikiran dan hati agar tetap berada pada jalur yang tetap digariskan di dalam
prinsip berfikir berdasarkan rukun Iman. Maka inilah keunggulan puasa yang
tertinggi, yaitu mengendalikan diri agar selalu berada pada jalur fitrah,
supaya selalu memiliki tingkat kecerdasan emosi yang tinggi.
Beberapa
cara menjaga agar pikiran selalu sejalan dengan rukun iman,
a. Pengendalian
Star Principle (Iman kepada Allah)
Daya
tarik dunia dan kemilaunya dapat menggeser prinsip ini. Bukan berarti daya
tarik dunia lebih buruk, tetapi semua itu baik apabila dilandasi dengan
berpegang teguh kepada Allah SWT. Daya tarik itu hanya untuk membuat motivasi
agar manusia dapat bekerja di jalan Allah. Orang akan tersesat apabila jauh
dari Allah. “Target antara” begitu nyata dan jelas. Target itu sangat nyata,
tetapi menyembah Allah tidak kasat mata. Seseorang akan selalu menjadikan yang
ada di depan mata sebagai tujuan daripada yang berada kasat mata. Manajemen
Allah telah memasang dan menyajikan suatu alat motivasi berupa “balasan jangka
pendek yang nyata”, yaitu harta benda yang mampu memudahkan manusia menjalankan
program Allah. Allah seringkali mengingatkan manusia agar selalu konsisten
dengan tujuan utama, yaitu bersujud kepada Allah, meskipun boleh menikmati
bonus-bonus yang ada melalui “target antara”. Pemahaman asmaul husna secara
terpisah-pisah juga merupakan suatu nafsu. Memahami sifat satu dengan
mengabaikan sifat yang lain dapat membangkitkan nafsu dalam Asmaul Husna yang
lain. Puasa adalah kemampuan untuk
“memberi ruang”, untuk melihat secara “melingkar”, dan berfikir secara
melingkar dengan mendengarkan suara hati yang lain. Mengabaikan suara hati yang
lain berarti memposisikan diri menjadi orang yang egois.
b. Pengendalian
Angel Principle (Kepercayaan)
Merupakan
suatu keinginan dan dorongan seseorang adalah memperoleh suatu kepercayaan.
Dengan tidak dibarengi dengan nilai-nilai kebenaran mengakibatkan suatu
kegagalan. Menjilat atasan, menyogok, menyuap, dan berpura-pura loyal adalah
cara yang tidak baik memperoleh kepercayaan. Inilah nafsu yang harus
dikendalikan, yang dapat menghalalkan segala cara. Sikap-sikap tersebut sangat
membahayakan diri sendiri dan orang lain. Kepercayaan yang diperoleh demikian
tidak akan bertahan lama, dan orang lain akan memberikan kepercayaan kepadanya
secara pura-pura juga. Kunci yang paling utama adalah ketulusan hati kepada Allah, bukan kepada manusia. Nafsu
digunakan untuk mendapatkan ketulusan dari orang lain. Maka perolehlah
ketulusan hati kepada Allah, niscaya nafsu akan terhapus sirna. Ketulusan
kepada Allah mendapatkan balasannya, dan ketulusan orang lain secara lebih
hebat.
c. Pengendalian
Leadership Principle (Kepemimpinan)
Pendekatan
khusus adalah salah satu jalan pintas untuk menjadi seorang pemimpin, bukan
pengaruh yang tulus dari orang lain. Kepemimpinan yang sedimikian akan rentan,
karena mungkin ia tidak dicintai. Ataupun dicintai, tetapi tidak mempunyai
kemampuan dan integritas dengan tidak tahu kemana ia akan melangkah. Ia tidak
akan pernah menjadi pemimpin yang handal, karena semata-mata untuk memperoleh
kedudukan dan keuntungan. Lebih berbahaya lagi, apabila seorang pemimpin mampu
mempengaruhi orang lain di dalam kejerumusannya. Ia akan menjerumuskan orang
lain ke dalam jurang kehancuran. Puasa mampu untuk menahan dan mengendalikan
diri untuk tidak berkeinginan menjadi pemimpin yang mengatasnamakan tujuan
pribadi hanya mendapatkan keuntungan lebih, tetapi pemimpin adalah suatu tugas
yang maha berat untuk membawa umat ke arah kebahagiaan yang sesuai dengan hati
nurani.
d. Pengendalian
Learning Principle (Pembelajaran)
Ilmu
pengetahuan didapatkan dari keinginan untuk belajar. Tetapi tanpa berpegang
teguh kepada Allah, hanya menghasilkan suatu kesia-siaan. Orang yang
menghambakan dirinya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ia punyai lupa
atas dirinya, bahwa pengetahuan itu adalah milik Allah semata. Peledakan bom di
Hirosima dan Nagasaki, pengembangan senjata nuklir pemusnahan masal, penjebolan
bank melalui komputer, penyerbuan dan penyebaran viru-virus komputer melalui
internet, semuanya itu ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan dengan
tidak memakai hati nurani yang sesungguhnya. Penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi tanpa didasari dengan pemahaman dan keyakinan bahwa sumbernya adalah
dari Allah justru akan membuat manusia melakukan trial and error.
e. Pengendalian
Vision Principle (Visi)
Keberhasilan
seseorang tergantung kepada misi yang digunakan. Negara-negara maju,
perusahaan-perusahaan raksasa adalah bukti bahwa visi sangat menentukan
keberhasilannya. Namun visi yang berhenti pada keberhasilan fisik justru akan
menimbulkan suatu ketidakseimbangan baru, seperti ketimpangan sosial,
kepincangan batin, rasa tidak tentram dan gelisah yang berujung kepada
ketimpangan sosial di sana-sini. Visi tanpa berpegang teguh kepada Allah,
justru akan menihilkan suatu sistem kendali sosial. Karena setiap perbuatan
akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah. Tanpa berpegang teguh kepada Nya,
seseorang akan pintar dan berbuat kejam dan tak berperikemanusiaan, karena
tidak merasa takut bahwa perbuatannya akan dipertanggungjawabkan dihadapan Nya.
Melalui mekanisme puasa dan kesadaran hari Kemudian seseorang akan berhati-hati
dalam bertindak dan berpikir duakali sebelum bertindak. Orang yang mampu
berpuasa untuk mengendalikan visinya, justru akan memperoleh hasil yang lebih
baik karena ia memiliki sebuah landasan
cita-cita yang kokoh.
f. Pengendalian Well Organized Principle (Keteraturan)
Manajemen
mempunyai orientasi kepada efisiensi, efektiftas, dan hasil yang diukur secara
ekonomi atau teknologi semata. Orang ber “Ilah” kepada hasil sebagai tujuan
akhir. Menghasilkan manusia-manusia yang kekeringan batin dan ketidaklulusan.
Secara jangka pendek sangat efektif, tetapi secara jangka panjang membuahkan
seseorang yang tidak memiliki integritas yang sejati. Hal itu malah membuat
suatu ketidakseimbangan baru. Manajemen mereka berorientasi kepada hasil bukan
suara hati yang akan memberikan suatu ketidakseimbangan. Manajemen yang baik
menurut Islam adalah suatu keseimbangan intelektual yang diselaraskan secara
bersamaan dengan isi dan suara hati manusia, sehingga menghasilkan pola
keteraturan dan manajemen yang lebih solid. Manajemen bukan bekerja atas dasar
tekanan dan hasil saja, tetapi ia harus bekerja secara alami sesuai harkat dan
martabat manusia, inilah manajemen sejati. Tantangan dalam hal ini adalah
kesabaran jangka panjang yang didasari iman dan keyakinan.
6. Pelihara
Tata Surya Jiwa
Apabila
suatu planet keluar dari susunan tata surya, maka mengakibatkan hancurnya
seluruh tatanan alam semesta secara massal. Begitupun ESQ model, apabila salah
satu langkah keluar dari garis orbit, maka yang terjadi adalah goncangan
keseimbangan jiwa, bahkan tantangan sosial. Pengendalian diri adalah suatu
metode ilahiyah yang menjamin agar seluruh planet-planet jiwa beredar pada
titik sentral secara harmonis.
C. Penutup
Self-Controlling adalah
pengendalian diri yang dilambangkan dengan puasa untuk mencapai keberhasilan
tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Seorang guru harus mampu mengendalikan
diri dalam pembelajarannya dan sosialnya dengan peserta didik maupun dengan
rekan gurunya. Diantara tujuan dan kegunaan tersebut adalah,
a. Meraih
kemerdekaan sejati, God-Spot dalah kejernihan hati dan pikiran manusia
yang merupakan sumber-sumber suara hati yang selalu memberikan bimbingan dan
informasi maha penting untuk keberhasilan dan kemajuan seseorang. Puasa dapat
membebaskan belenggu yang mengkungkung God-Spot tersebut.
b. Memelihara
God-Spot, yaitu dengan membaca kalimat syahadat dan shalat, dengan
memahami seluruh perintah Allah dan Rasul Nya serta makna shalat sebelum
berpuasa.
c. Mengendalikan
suasana hati, prinsip yang harus dipegang adalah sikap tenang saat menghadapi provokasi
dan tekanan, berlaku kepada siapapun yang sedang marah. Melalui puasa ia mampu
bekerja secara tenang dan produktif serta selalu mampu bekerja pada posisi
puncak.
d. Meningkatkan
kecakapan emosi secara fisiologis, seseorang yang tidak bisa mengendalikan
kekuasaan implus, agitasi, dan emosionalitas, kemampuan berpikir dan bekerja
sangat merosot. Dengan berpuasa dapat meningkatkan kecakapan emosi dan
spiritual.
e. Mengendalikan
prinsip, antara lain pengendalian Star Principle, angel principle,
leadership principle, learning principle, vision principle, well organized
principle.
f. Memelihara
tata surya jiwa, dalam artian memlihara dari goncangan keseimbangan jiwa,
bahkan tatanan sosial.
Daftar Pustaka
Al
Qur’an Karim
Agustian,
Ary Ginajar, ESQ Emotional Spiritual Quotient, (Jakarta: Arga
Publishing, 2008)
No comments:
Post a Comment