Wednesday, 1 March 2017

SELF CONTROLLING (PENGENDALIAN DIRI)



SELF CONTROLLING (PENGENDALIAN DIRI)[1]
A.      Pendahuluan
Self-Control memiliki definisi yang sangat beragam. Self-controling berarti pengendalian diri atau pengendalian emosi. Kata disiplin sering digunakan untuk menjelaskan seorang trader yang mampu mengontrol dorongan hatinya untuk meninggalkan batasan resiko. Bagi seorang trader, self control adalah sebuah skil yang terus menerus membutuhkan praktek, kerja keras dan determinasi. Sebagian orang menunjukan self control di satu sisi tidak di sisi yang lain. Misalnya ada seseorang yang bisa mengontrol pola makannya dengan disiplin mengkonsumsi makanan sehat dan teratur berolah raga, dengan tujuan memiliki hidup yang sehat.
Puasa adalah suatu metode pelatihan untuk pengendalian diri. Puasa bertujuan untuk meraih kemerdekaan sejati, dan pembebasan dari belenggu nafsu yang tak terkendali. Puasa yang baik akan memelihara asset kita paling berharga, yaitu fitrah diri. Di samping tujuan yang lain adalah mengendalikan suasana hati, maka tujuan puasa yang lain adalah meningkatkan kecakapan puasa secara fisiologis, dan pelatihan untuk menjaga prinsip-prinsip yang telah dianut berdasarkan rukun Iman.

Guru dalam kaitannya dengan pentransfer ilmu, ia harus hati-hati dalam prosesnya dengan harapan dapat memberikannya secara utuh. Ia harus mampu mengendalikan dirinya dalam proses pembelajaran, sabar dengan peserta didik, maupun sesama rekan guru. Sebagai guru Islam yang berpegang teguh dengan nilai-nilai keimanan dan keislaman, ia harus dapat mengendalikan diri dengan berpuasa. Karena dapat mempengaruhi kepribadiannya dalam mencetak kader-kader ummat. Dalam pembahasan di bawah ini, akan diterangkan misi pengendalian diri atau self controlling dalam menghadapi permasalahan-permasalahan dengan jiwa-jiwa keislaman.
B.  Pembahasan
Èqs9ur yìt7©?$# ,ysø9$# öNèduä!#uq÷dr& ÏNy|¡xÿs9 ÝVºuq»yJ¡¡9$# ÞÚöF{$#ur `tBur  ÆÎgŠÏù 4 ö@t/ Nßg»oY÷s?r& öNÏd̍ò2ÉÎ/ óOßgsù `tã cqàÊ̍÷èB NÏd̍ø.ÏŒ š[2]   
Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al Quran) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.
Ada beberapa kegunaan dalam pengendalian diri atau self controlling dalam misi seorang guru dengan berpuasa, antara lain
1.    Meraih Kemerdekaan Sejati
Pengendalian diri yang dilatih dan dilambangkan dengan puasa adalah mencapai keberhasilan, bukan pelarian dari kenyataan hidup. Khalifah di bumi, manusia berkewajiban untuk berjuang sebagai rahmatan lil ‘alamin, bukan mengabaikan realitas kehidupan atau lari dari tanggung jawab. Tujuan puasa adalah menahan diri dari nafsu dunia dan batiniyah. Dua nafsu tersebut menghasilkan sebuah rantai belenggu yang menutup asset berharga, God-Spot. Adalah kejernihan hati dan pikiran manusia yang merupakan sumber-sumber hati yang selalu memberikan bimbingan dan informasi maha penting untuk kemajuan dan keberhasilan seseorang. God-Spot yang tertutup oleh nafsu fisik dan batin mengakibatkan buta emosi, tidak mampu dan membaca kondisi kebatiniyahan, tidak peka, menjadi bodoh, tidak mampu mendeteksi bahaya-bahaya yang ada di sampingnya, tidak bisa mengetahui dimana ia sedang berdiri, tidak mengerti siapa dirinya. Ia menjadi asing pada dirinya sendiri dan di dalam lingkungannya.  
Nafsu akan selalu mengambil jalan pintas untuk mencapai suatu keberhasilan dan akan menciptakan suatu landasan yang rapuh dan berbahaya yang justru menghantam balik dirinya sendiri. Ia merasa benar dengan apa yang dijalani, tetapi orang lain dapat mengetahuinya benar-benar salah atas perbuatannya. Nafsu telah membelenggu dan menutup mata dan telinga, sehingga ia tidak mampu menyadari bahwa ia dalam jalan kehancuran.
Tujuan berpuasa adalah mencapai suatu kemerdekaan yang sejati. Dengan puasa akan melatih rutin dan sistematis untuk menjaga fitrah manusia sehingga ia selalu memiliki suatu kesadaran diri yang fitrah dan menghasilkan suatu akhlaqul karimah.
2.    Memelihara God-Spot
Puasa adalah rukun islam yang ketiga, sebelum membaca syahadat dan mengerjakan shalat. Dalam artian bahwa puasa harus didahului dengan syahadat kepada Allah dan Rasul Nya, kemudian mengerjakan shalat, barulah mengerjakan puasa. Tugas manusia sebagai khalifah di bumi, menjalankan misi rahmatan lil’alamin dengan memahami arti syahadat dan makna perintah dan larangan dalam shalat.
Puasa melatih untuk menghentikan segala penghambaan selain Allah Yang Maha Esa, tanpa didahului dengan tujuan tidak akan mendapatkan God-Spot, bahkan mendapatkan rasa lapar dan haus dalam artian sia-sia. Apabila seseorang memahami makna hidup sesungguhnya, niscaya membebaskan diri dari belenggu dan memakmurkan bumi di jalan Allah.
3.    Mengendalikan Suasana Hati
Suasana hati akan sangat berkuasa atas wawasan, pikiran, dan tindakan seseorang. Apabila seseorang sedang marah, ia akan dengan mudah mengingat hal-hal yang dapat memunculkan dendam. Ia akan mencari alasan-alasan yang logis sebagai pembenaran dan rasionalisasi penumpahan kebencian. Kita akan terus memuncak titik batas dan terus bertumpuk menuju titik kritis yang tak tertahankan. Setelah meledak barulah sadar dan timbul penyesalan yang sangat dalam. Tetapi sudah terlambat, karena terlontarkan kepada orang lain, ia akan terhambat mitra kerjanya, bahkan seseorang yang sangat ia cintai. Semakin tinggi orang mengendalikan emosi, semakin tinggi pula jalan untuk mendapatkan prestasi.
Prinsip untuk tenang dalam menghadapi suatu provokasi atau tekanan, berlaku untuk siapapun apabila ia berhadapan dengan orang-orang yang berwatak kasar dan keras, baik dikalangan direktur, manajer, pengusaha, karyawan, guru, polisi, dan tentara. Mereka harus menyelaraskan semangat keras dengan berpuasa, sehingga mampu bekerja dengan tenang dan produktif serta mampu bekerja pada posisi puncak.
4.    Meningkatkan Kecakapan Emosi Secara Fisiologis
Kemampuan berfikir dan kemampuan bekerja kita akan merosot sekali, apabila kita berada di bawah kekuasaan implus, agitasi, dan emosionalitas. Pentingnya ibadah puasa yang diperintahkan oleh Allah melalui Nabi Muhammad mempunyai tujuan meningkatkan kecakapan emosi dan spiritual. Sebuah bukti ilmiah tentang manfaat puasa dari Tulisan Daniel Goleman, seorang ahli dan Taman Kanak-Kanak Stanford disuruh masuk ke dalam sebuah ruangan seorang demi seorang, sepotong marshmallow diletakkan di atas meja depan mereka. “Kalian boleh makan marshmallow jika kamu mau, tetapi kalau kalian memakannya sekembali saya di sini, kalian berhak mendapatkan sepotong lagi.
Empat belas tahun kemudian, sewaktu mereka lulus sekolah lanjutan tingkat atas, anak-anak yang dahulu langsung makan marshmallow dibandikan dengan anak-anak yang mampu menahan diri sehingga mendapakan dua potong. Mereka yang langsung melahap marshmallow tidak bisa mengendalikan dirinya, mudah strees, tersinggung, mudah berkelahi, dan kurang tahan uji dalam mengejar cita-cita mereka. Adapun anak-anak yang mampu menahan diri dalam ujian marshmallow memperoleh nilai SAT-nya rata-rata lebih tinggi 210 dalam ujian masuk perguruan tinggi. Maka kemampuan untuk menahan diri dari hawa nafsu dapat meningkatkan kecakapan emosi secara fisiologi.
5.    Pengendalian Prinsip
Selain berkemampuan untuk menahan diri dari hawa nafsu, puasa juaga mengendalikan pikiran dan hati agar tetap berada pada jalur yang tetap digariskan di dalam prinsip berfikir berdasarkan rukun Iman. Maka inilah keunggulan puasa yang tertinggi, yaitu mengendalikan diri agar selalu berada pada jalur fitrah, supaya selalu memiliki tingkat kecerdasan emosi yang tinggi.
Beberapa cara menjaga agar pikiran selalu sejalan dengan rukun iman,
a.    Pengendalian Star Principle (Iman kepada Allah)
Daya tarik dunia dan kemilaunya dapat menggeser prinsip ini. Bukan berarti daya tarik dunia lebih buruk, tetapi semua itu baik apabila dilandasi dengan berpegang teguh kepada Allah SWT. Daya tarik itu hanya untuk membuat motivasi agar manusia dapat bekerja di jalan Allah. Orang akan tersesat apabila jauh dari Allah. “Target antara” begitu nyata dan jelas. Target itu sangat nyata, tetapi menyembah Allah tidak kasat mata. Seseorang akan selalu menjadikan yang ada di depan mata sebagai tujuan daripada yang berada kasat mata. Manajemen Allah telah memasang dan menyajikan suatu alat motivasi berupa “balasan jangka pendek yang nyata”, yaitu harta benda yang mampu memudahkan manusia menjalankan program Allah. Allah seringkali mengingatkan manusia agar selalu konsisten dengan tujuan utama, yaitu bersujud kepada Allah, meskipun boleh menikmati bonus-bonus yang ada melalui “target antara”. Pemahaman asmaul husna secara terpisah-pisah juga merupakan suatu nafsu. Memahami sifat satu dengan mengabaikan sifat yang lain dapat membangkitkan nafsu dalam Asmaul Husna yang lain.  Puasa adalah kemampuan untuk “memberi ruang”, untuk melihat secara “melingkar”, dan berfikir secara melingkar dengan mendengarkan suara hati yang lain. Mengabaikan suara hati yang lain berarti memposisikan diri menjadi orang yang egois.
b.    Pengendalian Angel Principle (Kepercayaan)
Merupakan suatu keinginan dan dorongan seseorang adalah memperoleh suatu kepercayaan. Dengan tidak dibarengi dengan nilai-nilai kebenaran mengakibatkan suatu kegagalan. Menjilat atasan, menyogok, menyuap, dan berpura-pura loyal adalah cara yang tidak baik memperoleh kepercayaan. Inilah nafsu yang harus dikendalikan, yang dapat menghalalkan segala cara. Sikap-sikap tersebut sangat membahayakan diri sendiri dan orang lain. Kepercayaan yang diperoleh demikian tidak akan bertahan lama, dan orang lain akan memberikan kepercayaan kepadanya secara pura-pura juga. Kunci yang paling utama adalah ketulusan hati  kepada Allah, bukan kepada manusia. Nafsu digunakan untuk mendapatkan ketulusan dari orang lain. Maka perolehlah ketulusan hati kepada Allah, niscaya nafsu akan terhapus sirna. Ketulusan kepada Allah mendapatkan balasannya, dan ketulusan orang lain secara lebih hebat.
c.    Pengendalian Leadership Principle (Kepemimpinan)
Pendekatan khusus adalah salah satu jalan pintas untuk menjadi seorang pemimpin, bukan pengaruh yang tulus dari orang lain. Kepemimpinan yang sedimikian akan rentan, karena mungkin ia tidak dicintai. Ataupun dicintai, tetapi tidak mempunyai kemampuan dan integritas dengan tidak tahu kemana ia akan melangkah. Ia tidak akan pernah menjadi pemimpin yang handal, karena semata-mata untuk memperoleh kedudukan dan keuntungan. Lebih berbahaya lagi, apabila seorang pemimpin mampu mempengaruhi orang lain di dalam kejerumusannya. Ia akan menjerumuskan orang lain ke dalam jurang kehancuran. Puasa mampu untuk menahan dan mengendalikan diri untuk tidak berkeinginan menjadi pemimpin yang mengatasnamakan tujuan pribadi hanya mendapatkan keuntungan lebih, tetapi pemimpin adalah suatu tugas yang maha berat untuk membawa umat ke arah kebahagiaan yang sesuai dengan hati nurani.
d.   Pengendalian Learning Principle (Pembelajaran)
Ilmu pengetahuan didapatkan dari keinginan untuk belajar. Tetapi tanpa berpegang teguh kepada Allah, hanya menghasilkan suatu kesia-siaan. Orang yang menghambakan dirinya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ia punyai lupa atas dirinya, bahwa pengetahuan itu adalah milik Allah semata. Peledakan bom di Hirosima dan Nagasaki, pengembangan senjata nuklir pemusnahan masal, penjebolan bank melalui komputer, penyerbuan dan penyebaran viru-virus komputer melalui internet, semuanya itu ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan dengan tidak memakai hati nurani yang sesungguhnya. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa didasari dengan pemahaman dan keyakinan bahwa sumbernya adalah dari Allah justru akan membuat manusia melakukan trial and error.
e.    Pengendalian Vision Principle (Visi)
Keberhasilan seseorang tergantung kepada misi yang digunakan. Negara-negara maju, perusahaan-perusahaan raksasa adalah bukti bahwa visi sangat menentukan keberhasilannya. Namun visi yang berhenti pada keberhasilan fisik justru akan menimbulkan suatu ketidakseimbangan baru, seperti ketimpangan sosial, kepincangan batin, rasa tidak tentram dan gelisah yang berujung kepada ketimpangan sosial di sana-sini. Visi tanpa berpegang teguh kepada Allah, justru akan menihilkan suatu sistem kendali sosial. Karena setiap perbuatan akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah. Tanpa berpegang teguh kepada Nya, seseorang akan pintar dan berbuat kejam dan tak berperikemanusiaan, karena tidak merasa takut bahwa perbuatannya akan dipertanggungjawabkan dihadapan Nya. Melalui mekanisme puasa dan kesadaran hari Kemudian seseorang akan berhati-hati dalam bertindak dan berpikir duakali sebelum bertindak. Orang yang mampu berpuasa untuk mengendalikan visinya, justru akan memperoleh hasil yang lebih baik  karena ia memiliki sebuah landasan cita-cita yang kokoh.
f.       Pengendalian Well Organized Principle (Keteraturan)
Manajemen mempunyai orientasi kepada efisiensi, efektiftas, dan hasil yang diukur secara ekonomi atau teknologi semata. Orang ber “Ilah” kepada hasil sebagai tujuan akhir. Menghasilkan manusia-manusia yang kekeringan batin dan ketidaklulusan. Secara jangka pendek sangat efektif, tetapi secara jangka panjang membuahkan seseorang yang tidak memiliki integritas yang sejati. Hal itu malah membuat suatu ketidakseimbangan baru. Manajemen mereka berorientasi kepada hasil bukan suara hati yang akan memberikan suatu ketidakseimbangan. Manajemen yang baik menurut Islam adalah suatu keseimbangan intelektual yang diselaraskan secara bersamaan dengan isi dan suara hati manusia, sehingga menghasilkan pola keteraturan dan manajemen yang lebih solid. Manajemen bukan bekerja atas dasar tekanan dan hasil saja, tetapi ia harus bekerja secara alami sesuai harkat dan martabat manusia, inilah manajemen sejati. Tantangan dalam hal ini adalah kesabaran jangka panjang yang didasari iman dan keyakinan.
6.    Pelihara Tata Surya Jiwa
Apabila suatu planet keluar dari susunan tata surya, maka mengakibatkan hancurnya seluruh tatanan alam semesta secara massal. Begitupun ESQ model, apabila salah satu langkah keluar dari garis orbit, maka yang terjadi adalah goncangan keseimbangan jiwa, bahkan tantangan sosial. Pengendalian diri adalah suatu metode ilahiyah yang menjamin agar seluruh planet-planet jiwa beredar pada titik sentral secara harmonis.
C.      Penutup
Self-Controlling adalah pengendalian diri yang dilambangkan dengan puasa untuk mencapai keberhasilan tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Seorang guru harus mampu mengendalikan diri dalam pembelajarannya dan sosialnya dengan peserta didik maupun dengan rekan gurunya. Diantara tujuan dan kegunaan tersebut adalah,
a.    Meraih kemerdekaan sejati, God-Spot dalah kejernihan hati dan pikiran manusia yang merupakan sumber-sumber suara hati yang selalu memberikan bimbingan dan informasi maha penting untuk keberhasilan dan kemajuan seseorang. Puasa dapat membebaskan belenggu yang mengkungkung God-Spot tersebut.
b.    Memelihara God-Spot, yaitu dengan membaca kalimat syahadat dan shalat, dengan memahami seluruh perintah Allah dan Rasul Nya serta makna shalat sebelum berpuasa.
c.    Mengendalikan suasana hati, prinsip yang harus dipegang adalah sikap tenang saat menghadapi provokasi dan tekanan, berlaku kepada siapapun yang sedang marah. Melalui puasa ia mampu bekerja secara tenang dan produktif serta selalu mampu bekerja pada posisi puncak.
d.   Meningkatkan kecakapan emosi secara fisiologis, seseorang yang tidak bisa mengendalikan kekuasaan implus, agitasi, dan emosionalitas, kemampuan berpikir dan bekerja sangat merosot. Dengan berpuasa dapat meningkatkan kecakapan emosi dan spiritual.
e.    Mengendalikan prinsip, antara lain pengendalian Star Principle, angel principle, leadership principle, learning principle, vision principle, well organized principle.
f.     Memelihara tata surya jiwa, dalam artian memlihara dari goncangan keseimbangan jiwa, bahkan tatanan sosial.
Daftar Pustaka
Al Qur’an Karim
Agustian, Ary Ginajar, ESQ Emotional Spiritual Quotient, (Jakarta: Arga Publishing, 2008)


[1]Ary Ginajar Agustian, ESQ Emotional Spiritual Quotient, (Jakarta: Arga Publishing, 2008), hal. 356

[2]Al Mu’minun: 71

No comments:

Post a Comment