Wednesday, 1 March 2017

Metodologi Studi Islam ABUDDIN NATA




METODOLOGI ILMU PENDIDIKAN ISLAM


Paper ini merupakan review buku Metodologi Studi Islam, karya Abuddin Nata, khususnya bab kesembilanbelas yang berjudul, “Model Penelitian Pendidikan Islam.” Pada bab ini, dibahas tentang metode Ilmu Pendidikan Islam dengan pemenggalan pengertian dari Ilmu Pendidikan Islam menurut kacamata scienties. Maka akan diuraikan menjadi beberapa sub-sub pembahasan.

A.           Makna Pendidikan dan Islam

Natta memulai makna dari kata pendidikan, Pendidikan ini diartikan sebagai perbuatan ataupun cara mendidik. Dan menggunakan kata “tarbiyah” sebagai bahasa Arabnya. Muhammad Al Naquib Al-Attas menentang penggunaan kata “tarbiyah” dalam arti pendidikan, karena terkait dari pemikiran modernis. Pendidikan dalam bahasa Inggris disebut dengan Educare, yang berarti mengembangkan hanya untuk spesies hewan dan tidak terbatas untuk yang berakal. (p.334) Penggunaan istilah tarbiyyah tidak tepat dengan struktur sematik system konseptual Al Qur’an, maka ia berargumen,
  1. Apabila tarbiyah berarti mempengaruhi, memelihara, membuat, menjadikan bertambah dalam pertumbuhan, membesarkan, memproduksi hasil yang sudah matang, dan menjinakkan. Maka tidak digunakan untuk manusia, tapi spesies-spesies yang lainnya, seperti hewan, tanaman, mineral. Istilah tarbiyah khusus untuk manusia saja bukan selainnya.
  2. Tarbiyah hanya berpuncak kepada otoritas Al Qur’an, tidak mengandung unsur intelegensi, pengetahuan, maka selayaknya menggunakan kata adab sebagai arti pendidikan, yaitu pengenalan, pengakuan yang berangsur-angsur ditanamkan dalam diri manusia, mencakup bimbingan, pengalaman dan lain sebagainya.
Setiap pendapat mempunyai argumen yang kuat. Kelihatannya Al-Attas ingin menggunakan istilah tersebut lebih spesifik. Abdurrahman An-Nahlawi mengatakan arti tarbiyah menjadi tiga. Pertama raba yarbu, artinya bertambah dan berkembang (Qs. Arrum 30-39). Kedua, rabba yarba, artinya tumbuh berkembang. Ketiga, rabba yarbuu, berarti memperbaiki, mengurusi kepentingan, mengatur, menjaga, dan memperhatikan. (p.337)
Sedangkan arti pendidikan menurut istilah, Ki Hajar Dewantara mengatakan, bahwa pendidikan sebagai  daya upaya untuk memajukan pertumbuhan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran dan tubuh anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup.
Islam berarti aslama yuslimu islaman, yaitu sentosa dan selamat. Kemudian menjadi agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad. Islam sebagai agama yang komprehensif, yang sifatnya memberikan keselamatan di dunia dan di akherat.


Maka Pendidikan Islam adalah pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam, ataupun upaya membimbing, mengarahkan, membina peserta didik yang dilakukan secara sadar dan terencana, agar terbina suatu kepribadian utama sesuai dengan nilai ajaran Islam.

B.           Aspek-aspek Pendidikan Islam

Natta melihat aspek-aspek dari cakupan materinya, yaitu dari Al Qur’an dan As Sunnah. Dilihat dari sejarahnya, pendidikan Islam mencakup,

  1. Periode Pembinaan Islam, yaitu pada zaman nabi Muhammad saw.
  2. Periode Pertumbuhan Pendidikan Islam, dari wafatnya sampai masa akhir bani Umaiyyah yang diwarnai dengan perkembangan ilmu ilmu naqliyyah.
  3. Periode Kejayaan, yaitu yang diwarnai dengan berkembangnya ilmu-ilmu ‘aqliyyah.
  4. Periode Kemunduran Pendidikan Islam, yaitu jatuhnya Bagdad dan Mesir ke tangan Napoleon, diiringi dengan pindahnya perkembangan  ke dunia barat.
  5. Periode Pembaharuan Islam, yaitu kebangkitan Islam dengan ditandai dengan pemikiran-pemikiran kontemporer. (p.342)

Maka Islam mengandung aspek-aspek, tujuan, kurikulum, metode, guru, pendekatan, sarana prasarana, lingkungan, administrasi, yang mana saling berkaitan satu sama lainnya. Apabila salah satu dari aspek tersebut berubah, maka akan berubah semuanya.

C.           Metode Penelitian Ilmu Pendidikan Islam

Tiga macam pendidikan Ilmu Pendidikan Islam menurut Ahmad Tafsir,

  1. Ilmu pengetahuan tentang hal yang empiris, dan berteori logis, ataupun yang disebut dengan science.
  2. Pengetahuan tentang objek logis, diperoleh dari obyek berfikir, tidak bersifat empiris, atau disebut dengan filsafat.
  3. Pengetahuan yang objek kajiannya tidak logis dan empiris, ataupun tasawuf. (p.344)
Seraya berkembangan ilmu yang empiris dan logis, maka muncullah teori-teori yang sesuai dengan ajaran Islam yang disebut dengan Ilmu Pendidikan Islam. Lalu dilanjutkan dengan penelitian-penelitian yang bersifat terperinci. (p.346)

  1. Model Penelitian Problema Guru
Himpunan Pendidikan Nasional meneliti problema guru dengan mengumpulkan data, dan bermetode penelitian survey. Ternyata dihasilkan dari persoalan-persoalan, diantaranya kurangnya waktu istirahat, dan bantuan yang kurang memadai. Maka tidak menyusun kerangka teorinya dalam pengumpulan data.

  1. Model Penelitian Lembaga Pendidikan Islam
Penelitian yang dilakukan dengan observasi lembaga pendidikan Islam, yaitu pesantren. Dan model penelitiannya dengan analisis histories komparatif.

  1. Model Penelitian Kultur Pendidikan Islam

Dalam penelitian ini diambil metode yang dilakukan para ahli pendidikan, diantaranya,
-          Model Penelitian Mastuhu
Penelitian ini bertemakan tentang pendidikan pesantren. Ada lima bab yang tertuang. Diantaranya, pendahuluan, tinjauan pustaka, kerangka dan metode, hasil pembahasan, kesimpulan, dan saran.

Bab pendahuluan mengemukakan hubungan pendidikan nasional dan pembangunan nasional yang bertata piker luas. Disamping itu dicantumkan definisi operasional tentang pesantren dan dinamikanya.
Adapun metodenya dengan pendekatan grounded research atau berdasarkan analisis data dan fakta yang ada. Objeknya adalah pesantren.Bab penelitiannya dikemukakan tinjauan pustaka dan system pendidikan pesantren.
Bab ketiga
-          Mengemukakan kerangka teori, dan pendekatan sosiologi, antropologis, dan fenomenologis.
-          Juga langkah-langkah grounded research.
-          Ruang lingkup penelitian meliputi tujuan, filsafat, tata nilai, struktur, susunan pesantren.
Bab keempat,  mengemukakan hasil pembahasan.
Bab kelima, mencakup kesimpulan penelitian.

-          Model Penelitian Zamakhsyari Dhofier
Berjudul “Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai”
Bab pendahuluan, dikemukakan studi lapangan atau grounded research. Studi tentang Islam pada umumnya dengan pendekatan intelektual dan pendekatan teologi. (p.356)
Menunjukan sumbangan pendekatan sosiologis, yaitu untuk mengurangi penarikan kesimpulan yang meleset.
Metodenya deskriptif dan analisis. Maka model penelitiannya adalah penelitian lapangan.




Daftar Pustaka:

Natta, Abuddin, Metodologi Ilmu Pendidikan Islam, judul dalam buku Metodologi Studi Islam,








Dasar dasar Metodologi Ilmu Pendidikan Islam

-          Pendidikan Islam bersumber dari Al Qur’an,

اقرأ باسم ربك الذي خلق.
-          Pendidikan Islam menjadi sebuah ilmu dari pemikiran barat, lalu dikembangkan secara Islami pada zaman kebangkitan Islam, dan bersifat komprehensif yaitu keselamatan dunia dan akherat.
-          Adab sebagai arti pendidikan yang layak daripada tarbiyyah. Adab berarti pengenalan, bimbingan, pengalaman, intelegensi, dan khususnya untuk orang yang berakal. Adapun tarbiyyah berarti bertambah dan berkembang (raba yarbu), tumbuh berkembang (raba yarba), memperbaiki dan mengurusi (rabba yarbu), maka mencakup untuk yang berakal dan tidak berakal. Jadi tarbiyah lebih umum daripada adab.
-          Pendidikan mempunyai aspek-aspek, tujuan, kurikulum, metode, guru, lingkungan, yang tidak dapat dipisah-pisahkan satu dan yang lainnya.
-          Model Penelitian Ilmu Pendidikan Islam:
    1. Tentang hal yang empiris, dan berteori logis, atau yang disebut dengan sains.
    2. Tentang objek yang logis diperoleh dari berfikir dan tidak berasal dari empiris atau yang disebut dengan filsafat.
    3. Tentang objek yang tidak empiris dan logis, atau yang disebut dengan tasawuf.
-          Metode penelitian IPI,
    1. Survey dan observasi, langsung melihat objeknya.
    2. Pendekatan analisis histories komparatif atau grounded research atau analisis data, studi lapangan, dan fakta yang ada. 

No comments:

Post a Comment