Wednesday, 1 March 2017

ALIRAN-ALIRAN DALAM PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM

ALIRAN-ALIRAN DALAM PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM

Hal pertama yang harus diketahui yaitu bisa memahami elan vital pendidikan Islam adalah kenyataan bahwa Islam pada dasarnya mengandung ''potensi-potensi'' perekat diantara pemikiran para ahli pendidikan, bahkan kesamaan dalam banyak hal, terutama tujuan dan meode pengajaran yang berkembang di dunia Muslim.
Pemikiran pendidikan Islam kental dengan trend nuansa agamisnya, sehinggan trend lain menjadi tidak dominan, disaat seseorang dalam menafsirkan realitas dunia berpangkal pada agama maka wajar dan logis bila agama sangat menjiwai pola piker dan cara pandangnya hingga pendidikan pun dijadikannya sebagai instrument terencana untuk mencapai tujuan.
Rumusan tentang tujuan penuntut ilmu dalam kitab Imam al-Ghazali ihya' untuk memperoleh ilmu yang bermanfaat di akhirat dan yang mendorong melakukan ketaatan kepada Allah, dengan cara menjauhi ilmu-ilmu yang kurang bermanfaat dan banyak memunculkan perdebatan atau perang mulut, dan juga perlunya memperkokoh keberhasilan menuntut ilmu.
Dalam kitabnya lagi yaitu Ayyuh al-walad ia menasihati penuntut ilmu agar giat bekerja untuk memahami kebutuhan duniawinya sekadar berapa lama akan hidup di dalamnya dan giat berusaha untuk kepentingan akhirat sekadar berapa lama akan tinggal di sana.

Tujuan keagamaan dijabarkan secara jelas oleh syekh al-Thusi, ia mengaharuskan kepada setiap muridnya untuk berniat mencari ridho Allah, menghilangkan kebodohan, menjayakan agama dan mengembangkan Islam melalui amar ma'ruf dan nahi munkar semaksimal mungkin dalam menuntut Ilmu.
Adapun Ibnu Jamaah mengingatkan kita bahwa seluruh uraian tentang Hadist dimaksudkan bagi para Alim yang menjalankan ilmu mereka dengan baik dan semata-mata karena Allah, ada beberapa hal yang bisa di cermati disini yaitu hal pertama al-ilm yang dalam alquran dan hadist bersifat mutlak menjadi muqoyyad (menyempit) hanya pada ilmu tentang tuhan menurut sebagian besar ahli pendidikan Muslim saat itu seperti Ikhwan al-Shafa, Ibn Miskawih dan Ibn Khaldun. Lebih jauh lagi Ibn Jamaah menuntut para murid untuk meninggalkan profesi kasar dan rendah, baik secara syar'iy maupun secara adat-istiadat setempat, seperti pekerjaan sebagai pembekam dan penyamak kulit. Tujuan akhir yaitu Ilmu menjadi tertutup dari kemungkinan untuk pelayanan bagi kehidupan kemanusiaan dibumi, kemajuan dan kesejahteraan masing-masing individunya.
Syekh al-Thusi mengatakan Cukuplah hanya berdasar kelezatan ilmu, ia menjadi landasan kita untuk menuntutnya '' Al-Ghazali memandang Ilmu termasuk sebagai sesuatu yang dicari untuk tujuan keilmuan itu sendiri bukan tujuan diluarnya dan karena itu ilmu lebih utama dibanding sesuatu yang dicari karena tujuan di luarnya.
Hal pertama kali yang menimbulkan kekaguman pemerhati dan pengkaji tentang para ahli pendidikan Muslim adalah penghargaan mereka terhadap persoalan pendidikan yang sangat tinggi, bahkan mereka menilainya sebagai wujud tanggung jawab moral yang sangat luhur.mereka menganggap tugas mengajar tidak sekadar sebagai profesi kerja, melainkan lebih sebagai tuntutan kewajiban agama.di tuturkan Ibn Hajar al-Haitami dalam risalah Tahrir al-Maqal yang dijadikan sebagai dasar penulisan. Ibnu hajar adalah seorang pendidik yang menunaikan tugas mendidik sebagai profesi pertama dan utama dalam hidupnyam untuk bisa berkecimpung dengan pengolalaan Kutta (tempat belajar) dan pembinaan anal-anak. Dia melihat segala persoalan dari sudut pandang keagamaan murni dan sangat berhati-hati dalam segala hal, karena khawatir bertindak maksiat dan keliru tanpa disadari
               Rasa kepekaan keagamaan yang sangat kuat akan tanggunga jawab agama berimplikasi pada kesepakatan para ahli dan pemerhari pendidikan Muslim terhadap semacam kode etik pengajaran, beberapa prinsip dasar kode etik itu yang bisa di simpulkan dari literature-literatur kependidikan Islam adalah sebagai berikut.
Prinsip pertama : keharusan Ilmu dibarengi dengan pengalamannya.
Prinsip kedua : menghindarkan diri dari ketamakan
Prinsip ketiga : bersikap hati-hati dalam menerima pemberian dan hadiah
Prinsip keempat : bersikap toleran dan pemaaf
Prinsip kelima : menghargai kebenaran
Prinsip keenam : keadilan dan keinsyafan
Prinsip ketujuh : meninggalkan sikap keras kepala dan berlagak serba tahu
Prinsip kedelapan : ilmu adalah untk pengabdian kepada orang lain
Kelompok ikhwan al-Shafa dan semisalnya dari kalangan pecinta pemikiran yunani memadukan antara sudut pandang dengan sudut pandang kefilsafatan dalam menjabarkan konsep ilmu, sehingga mereka berpendapat bahwa pengetahuan itu semuanya muktasabah (hasil perolehan dari aktifitas belajar) dan yang menjadi modal utamanya adalah indera.
Plato telah menjelaskan pandangannya tentang teori jiwa yang menjadi landasan baginya dalam menafsirkan fenomena keragaman manusia, baik dalam watak maupun profesinya, juga pengajaran yang sesuai.
Implikasi dari pandangan tersebut, maka terdapat teori pembagian tiga jenis yang berada pada tiga jenis kelolmpok sosial yaitu :
-          Jiwa intelektual yang dimiliki oleh para filosof dan ilmuan, menurut plato mereka adalah strata terunggul dari sisi kecerdasan dan kelompok orang yang layak diserahi urusan pengaturan dan pemerintahan.
-          Jiwa pemberani yang dimiliki oleh para prajurit yang berbadan gagah perkasa yang ditugasi menjaga dan mengamankan kedaulatan negara dari serangan musuh.
-          Jiwa hedonistik yang dimilik oleh sastra sosial bawah, yaitu golongan mayoritas (rakyat banyak) yang ditugasi melakukan aktifitas produksi, baik dalam pertanian, kerajinan, maupun perdagangan.
Menurutnya setiap individu secara given mempunyai potensi tertentu, peran setiap individu dalam masyarakat telah ditakdirkan sebelum ia terlahir didunia ini. Karena itu, jenis pendidikan yang relevan dan harus diselenggarakan dibawah control negara adalah pendidikan yang selaras dengan jenis jiwa masing-masing individu.
Aliran utama dalam pemikiran pendidikan Islam dapat di bedakan menjadi tiga :
1.      Aliran agamis-konservatif
2.      Aliran religious-rasional
3.      Aliran pragmatis-instrumental.

No comments:

Post a Comment