Wednesday, 1 March 2017

ALIRAN PRAGMATIS IBNU KHALDUN



ALIRAN PRAGMATIS IBNU KHALDUN
Oleh : Heru Prasetyo

Ibnu Kholdun adalah satu-satunya tokoh aliran ini, dilihat dari susut pandang tujuan pendidikan lebih banyak bersifat pragmatis dan lebih berorientasi pada aplikatif-praktis. Dia mengaflikasikan ilmu pengetahuan berdadsar tujuan fungsionalnya, bukan berdasar nilai subtansialnya semata.
Ada dua ilmu yang yang perlu dimasukan ke dalam kurikulum pendidikan:
1.    Ilmu-ilmu yang bernilai instrinsik, semisal ilmu-ilmu syar’iyyat (keagamaan): Tafsir, Hadits, Fiqh, Kalam, Ontologi, dan Teologi dari cabang Filsafat .
2.    Ilmu-ilmu yang bernilai ekstrinsik-instrumental bagi ilmu-ilmu jenis pertama, semisal kebahasa-Araban, ilmu hitung dan sejenisnya.

Ibnu Khaldun membolehkan ilmu-ilmu yang bernilai instrinsik, ia membolehkan berbincang lebih lanjut, berdiskusi dan beragumentasi secara analitik rasional tentang ilmu-ilmu tersebut. Karena itu bisa meningkatkan intelektualitas akademik seseorang. Contoh ilmu yang bersifat instrinsik semisal kebahasa-bahasaan  dan logika.
Pembicaraan dan kajian tentang ilmu ekstrinsik-instrumental hendaknya tidak diperluas lagi karena itu akan menyimpang dari dari maksud semula, mengingat ilmu ini hanya instrument tidak lebih.. maka bila ia keluar dari koridor ini berarti ia keluar dari maksud semula dan berkicimpung di dalamnya kesia-siaan.
Terdapat dua sumber utama ilmu yang diutarakan Ibnu Khaldun,
-          Bersifat alamiyah (Thabi’iy) yaitu ilmu yang diperoleh manusia melalui olah pikir rasio.
-          Bersifat sosiologis yaitu ynag diperoleh manusia hasil transmisi dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui cara indoktrinasi dan pengajaran.
Harus kita ketahui bahwa ragam ilmu pengetahuan yang kita geluti dan tumbuh berkembang pesat di wilayah-wilayah metropolis terkelompokan menjadi dua jenis ; pertama bersifat alamiyah sebagai hasil dari olah pikir rasio manusia dan kedua bersifat transmitif (naqliy) sebagai warisan dari orang terdahulu.
Jenis pertama adlah imlu-ilmu “teosofis” yaitu ilmu-ilmu yang bisa diperoleh manusia melalui olah pikirnya, dan jenis kedua adalah ilmu transmitif-tradisional yakni ilmu-ilmu yang berasal dari syar’iy (Al-Qur’an dan Sunnah) dan ilmu yang terkait erat dengannya.

Ibnu Khaldun memperjelas pendapatnya tersebut dengan pernyataan bahwa daya pikir pikir manusia merupakan “karya cipta” khusus yang telah didesain Tuhan, sebagaimana terhadap ciptaan-ciptaan yang lainnya. Logika adalah kesanggupan “kreatif” yang kongruen dengan kodrati daya fikir  dan selaras dengan gambaran potensialnya. Logika mendeskrifsikan bagaimana aktivitas pemikiran teoritis itu dijalankan agar dapat diketahui benar salahnya.
Pada titik ini ibnu Khaldun meletakkan hal terpenting dan kompleks dari problematika pendidikan, yaitu peran bahasa dalam perkembangan pemikiran dan pembelajaran secara umum. Dapat disimpulkan bahwa, aliran Pragmatis yang digulirkan Ibnu Khaldun merupakan wacana baru dalam pendidikan Islam. Peran rasio yang sangat menentukan dalam perkembangan pengetahuan manusia yaitu, pertama ketika ia menegaskan bahwa al-fiqr (daya pikir, rasio) itu berkecendrungan memperoleh sesuatu yang tidak diketahuinya. Kedua, ketika ia menjadikan eksplorasi intelektual terhadap satu persatu realitas dan berbagai gejala yang timbul sebagai “pangkal” pencapaian pengetahuan istimewa dan mendalam. Ia memahami hal ini sebagai metode objektif dalam penyingkapan hukum-hukum alam. Dan ketiga, ketika ia menyimpulkan bahwa ilmu pengetahuan dan pengajaran merupakan hal alami dalam kehidupan manusia, sehingga rasio manusia (al-fkr) berkompeten untuk melakukan pengkajian realitas kebenaran secar otonom tanpa ada ijazah atau izin dari penguasa tertentu.








 

  

No comments:

Post a Comment