HOMESCHOOLING
Pendahuluan
Homeschooling (Sekolah Rumah) saat ini mulai
menjadi salah satu model pilihan orang tua dalam mengarahkan anak-anaknya dalam
bidang pendidikan. Pilihan ini muncul karena adanya perhatian para orang tua tentang kesesuaian minat oleh
anak-anaknya. Homeschooling ini banyak dilakukan di kota-kota besar, terutama
oleh mereka yang pernah melakukannya ketika berada di luar negeri.
Di Indonesia keberadaan homeschooling sudah
mulai menjamur di Jakarta dan kota besar lainnya. Untuk tahap pertama,
keberadaan proses belajar dan mengajar model rumahan ini belum menuai minat
dari khalayak umum.
Namun kini, keberadaannya justru banyak
dimanfaatkan kalangan menengah keatas, seperti artis, dan kalangan entertainer.
Tak jarang didapati diantaranya kalangan olahragawan, atlit nasional juga
kalangan biasa yang menginginkan rumah sebagai ruang kelas.
Di luar negeri istilah
homeschooling (sekolah rumah) bukanlah hal baru. Istilah ini merujuk pada
aktifitas pembelajaran anak yang dilakukan di rumah oleh orang tua atau orang
dewasa lain di rumah. Bukan sekedar belajar, tapi belajar yang terstruktur
sistematis dan mengacu kepada sebuah metode serta kurikulum stkitar.
Pembahasan
Secara
etimologis, home schooling (HS) adalah sekolah yang diadakan di rumah. Meski
disebut home schoooling, tidak berarti anak akan terus menerus belajar di
rumah, tetapi anak-anak bisa belajar di mana saja dan kapan saja asal situasi
dan kondisinya benar-benar nyaman dan menyenangkan seperti layaknya berada
dirumah. Keunggulan secara individual inilah yang memberi makna bagi
terintegrasinya mata pelajaran kepada peserta didik.
Homeschooling (Sekolah rumah), menurut Direktur
Pendidikan Kesetaraan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) Ella
Yulaelawati, adalah proses layanan pendidikan yang secara sadar, teratur dan
terarah dilakukan oleh orang tua atau keluarga dan proses belajar mengajar pun
berlangsung dalam suasana yang kondusif.[1]
Tujuannya, agar setiap potensi anak yang unik
dapat berkembang secara maksimal. Rumusan yang sama juga dipegang oleh
lembaga-lembaga pendidik lain yang mulai menggiatkan sarana penyediaan program
homeschooling.
Pendidikan luar sekolah didukung pula oleh falsafah, ketentuan
yuridis, ilmu-ilmu dan teori-teori yang relevan dengan subsitem pendidikan ini.
Uraian tentang factor pendukung tersebut kan diakhiri dengan bahasan mengenai
strategi pembinaan pendidikan luar sekolah baik strategi pembinaan pendidikan
luar sekolah baik strategi yang berkaitan dengan kebijakan penyelenggara
program maupun yang berhubungan dengan pengelolaan pendidiknya.
A.
Pancasila
Pancasila, sebagai falsafah bangsa Indonesia dan landasan
pendidikan nasional, memberikan dukungan kuat bagi pembinaan dan perkembangan
pendidikan luar sekolah. Atas dasar falsafah Pancasila ini, pendidikan luar
sekolah membantu peserta didik untuk memiliki dan mengembangkan wawasan
Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan
perwakilan, dan keadilan social.
Pancasila member landasan yang kuat untuk pembinaan dan
pengembangan pendidikan luar sekolah yang berakar pada budaya bangsa Indonesia
sendiri dan bertujuan mengembangkan kualitas manusia Indonesia yang bermoral, ketuhanana
Yang Maha Esa, kemanusiaan,kebangsaan, kerakyatan, dan keadilan social dalam
upaya untuk memenuhi kebutuhan peserta didik, masyarakat, bangsa dan Negara.
B.
Undang-undang
Dasar 1945
Sebagai pedoman pokok untuk menjabarkan Pancasila di dalam pendidikan
bangsa, UUD 1945 sebagai sumber semua perundang-undangan dan sumber tatanan
hidup bermasyarakat dan bernegara, memberikan pedoman dasar yang kuat bagi
pembinaan pendidikan luar sekolah. Pedoman ini tercantum dalam Pembukaan maupun
batang tubuh UUD 1945.
Pembukaan UUD 1945 menandaskan bahwa tujuan kemerdekaan adalah
untuk “memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa”. Dalam
batang tubuh UUD 1945 menyatakan bahwa tiap-tiap warganegara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak (pasal 27 ayat 2), hak warganegara dan
penduduku untuk berserikat dan berkumpul (pasal 28), Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu (Pasal 29 ayat 2), hak dan kewajiban
setiap warga Negara ikut serta dalam usaha pembelaan Negara (pasal 30 ayat 1),
tiap-tiap warganegara berhak mendapat pengajaran (Pasal 31 ayat 1), Pemerintah
memajukan kebudayaan Nasional Indonesia (Pasal 32).
C.
Undang-undang
RI nomor 2 Tahun 1989 dan Peraturan Pemerintah yang berkaitan dengan Pendidikan
Luar Sekolah.
Undang-undang RI nomor 2 tahun 1989, memberikan arah bahwa
pembangunan pendidikan, termsuk di dalamnya pembangunan pendidikan luar
sekolah, adanya upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas
manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur, serta
memungkinkan para warganya mengembangkan diri baik berkenaan dengan aspek
jamnaniah maupun rohaniah berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
Peraturan pemerintah nomor 73 tahun 1991 tentang pendidikan luar
sekolah merupakan pelaksaan undang-undang system pendidikan nasional. Menurut
PP ini pendidikan luar sekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan di luar
sekolah adalah dilembagakan maupun tidak. Tujuan pendidikan luar sekolah adalah
untuk pertama, melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan meningkatkan
martabat dan mutu kehidupan. Kedua, memebina warga belajar agar memiliki
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan
diri. Ketiga, memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi
dalam jalur pendidikan sekolah.
D.
Garis
Besar Haluan Negara
GBHN menjelaskan bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila
dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhn yang Maha Esa, berbudi peerti luhur,
berperikebadian, berdisiplin, bekerja kearas, tarmpil dan mandiri.
GBHN juga menjelaskan bahwa pendidikan ansional perlu dilakukan
secara lebih terpadu dan serasi baik antara sector pendidikan dan sector-sektor
pembangunan lainnya, antar-daerah maupun antar berbagai ejnjang dan jenis
pendidikan.
E.
Falsafah
Pendidikan
Falsafah pendidikan merupakan bagian dari falsafah umum.
Berdasarkan tipe kajiannya falsafah dapat digolongkan tiga macam yaitu,
spekulatif, preskriptif dan analitik.
Spekulatif adalah cara berfikir yang sistematik menegenai sesuatu
kenyataan yang ada secara menyeluruh. Preskriptif adalah upaya kajian yang
berkaitan dengan penetapan standar nilai-nilai, penentuan kegiatan, dan kiat
tanggapan. Falsafah analitik adalah memusatkan kajiannya pada kata istilah dan
arti.
Permasalahan umum pendidikan luar sekolah yang dikaji secara
filsafah pada umumnya berkaitan dengan empat hal.
1.
Hakekat
kehidupan, baik yang menjadi rujukan tentang kemana pendidikan luar sekolah
harus mengarahkan tujuannya.
2.
Hakekat
manusia yang menjadi peserta didik.
3.
Hakekat
masyarakat
4.
Hakekat
kenyataan atau realitas.
Ada beberapa alasan mengapa para orang tua di
Indonesia lebih memilih sekolah rumah. Kecendrungannya antara lain, bisa
menekankan kepada pendidikan moral atau keagamaan, memperluas lingkungan sosial
dan tentunya suasana belajar yang lebih baik, selain memberikan pembelajaran
langsung yang konstekstual, tematik, nonskolastik yang tidak tersekat-sekat
oleh batasan ilmu.[2]
Ada beberapa alasan
yang menyebabkan orang tua memilih sistem ini sebagai pola pembelajaran anak.
Pertama, orang tua sering berpindah tempat karena profesinya. Sekolah rumah
membuat keluarga tidak terpisah dan anak punya banyak waktu bersama orang
tuanya.
Kedua, ada keluarga yang merasa bahwa anaknya membutuhkan lebih dari sekedar
akademis. Anak butuh pengalaman belajar yang sesuai dengan minat anak dan
juga tantangan. Sistem belajar di rumah memberikan lingkungan belajar dengan
perbandingan guru dan murid yang ideal. Orang tua dan anaklah yang menentukan
mau belajar apa, kapan dan dimana?
Ketiga, mempertahankan keimanan dan ritual keagamaan anak. Sistem ini
memungkinkan orang tua melatih anak bagaimana mempraktekkan hidup islami
sehari-hari.
Keempat, menghindari dan menjaga dari lingkungan sekolah yang berbahaya
seperti dipalak atau dikompas anak nakal, tawaran narkoba, seks bebas atau
tindakan kriminal lainnya.
Kelima, meningkatkan keakraban keluarga di jaman di mana anak lebih banyak
dididik oleh pengasuhnya atau orang dewasa lain atau dititipkan di sekolah yang
sekaligus melayani penitipan anak. Sistem ini dapat menyambung kehangatan di
dalam keluarga karena lebih banyak menghabiskan waktu bersama.
Karena itu, sebelum
memutuskan anak pergi ke sekolah atau belajar di rumah, perlu diperhatikan
betul kelebihan dan kekurangan kedua metode belajar ini dan pilihlah metode
paling cocok yang memungkinkan anak mendapatkan pilihan terbaik.[3]
Metode dalam Sekolah
Rumah
Berdasarkan pencarian,
ada beberapa metode dalam homeschooling. Ini daftar singkatnya:
·
Charlotte Masson Method
Charlotte Mason
mengembangkan pendekatan khusus terhadap pendidikan yang lebih fokus pada
kurikulum berbasis literatur.
·
Montessory Method
Menurut Dr. Maria
Montessori, “learning is a natural, self-directed process which follows certain
fundamental laws of nature”. Rekomendasinya kepada orang tua dan guru adalah
“Follow the Child.”
·
The Electic Home Schooler
Banyak keluarga yang
akhirnya memilih metode ini, karena untuk mengajarkan sebuah materi kita bisa
menggunakan pendekatan yang berbeda-beda tergantung tujuan yang ingin dicapai.
Kita bisa mengkombinasikan berbagai metode yang ada sesuai dengan materi yang
akan diajarkan.
·
Traditional Method
Metode tradisional
lebih mirip memindahkan sekolah ke rumah, karena kita harus menyusun kurikulum,
harus ada system penilaian dan pencatatan kegiatan belajar, serta adanya jadwal
yang jelas.
·
Natural Learning Method
Kalau metode ini
kebalikannya dari metode tradisional, tergantung keinginan anak Untuk informasi
lebih lanjut kunjungi.
·
Unit Studies Method
Metode ini
menggabungkan semua mata pelajaran ke dalam satu tema atau topic. Jadi untuk
satu tema dinosaurus misalnya, kita bisa mengajarkan sejarah, IPA, matematika,
melukis, dll.
·
Waldorf Method
Dikembangkan oleh
Rudolf Steiner, metode ini menekankan seni dan kerajinan tangan, musik dan
gerakan. Anak belajar membaca dan menulis dengan membuat buku sendiri. Kalau
pernah dengar istilah Notebooking atau lapbooking, nah ini dasarnya[4]
Kurikulum Home schooling
Tentang kurikulum,
memang di Indonesia cuma ada kurikulum tunggal. Itulah asyiknya homeschooling, kita bisa meracik
sendiri kurikulum untuk anak sesuai dengan kebutuhan mereka. Dengan mengambil kurikulum luar yang bebas, lalu padu padankan sesuai kondisi anak-anak
kita.
Ijazah Home Schooling
Untuk mendapat ijazah
negara setara SD, SMP atau SMA, maka bisa menggunakan alternatif Ikut Program Paket. Caranya kita bisa
konsultasi Ke Kantor DIKNAS setempat, bagian subdinas Pendidikan Luar Sekolah
(PLS)
dan biasanya akan diarahkan untuk mengikuti unit penyelenggara program kegiatan belajar Masyarakat (PKBM) yang ada disekitar wilayah kita tinggal. By the way, Paket A (setara SD) bisa melanjutkan ke SLTP formal, Paket B (setara SMP) bisa melanjutkan ke SLTA formal, Paket C (setara SMA) bisa melanjutkan ke Universitas Negeri maupun swasta (Eksak maupun Sosial). Dijamin Undang-undang Negara.
dan biasanya akan diarahkan untuk mengikuti unit penyelenggara program kegiatan belajar Masyarakat (PKBM) yang ada disekitar wilayah kita tinggal. By the way, Paket A (setara SD) bisa melanjutkan ke SLTP formal, Paket B (setara SMP) bisa melanjutkan ke SLTA formal, Paket C (setara SMA) bisa melanjutkan ke Universitas Negeri maupun swasta (Eksak maupun Sosial). Dijamin Undang-undang Negara.
Catatan untuk para keluarga yang memutuskan HS :
- Sebisa mungkin segera melapor ke Diknas masing-masing untuk pendataan, terutama HSer yang sudah memasuki usia sekolah. Sepertinya Diknas tiap kota akan beda kebijakannya, jadi aktiflah mencari info.
- Mungkin akan berbeda tiap wilayah, tetapi belajar dari pengalaman
teman-teman di Malang, Diknas tidak mau mengurusi HSer orang per orang/keluarga per keluarga, jadi sebaiknya segera dibentuk Asahpena Wilayah sebagai wadah, berapapun anggotanya. Selanjutnya Diknas hanya bersedia menerima laporan dari wadah Asahpena ini, bukan perorangan. - Belajar dari Malang, Diknas kota/kab TIDAK PEDULI apa yang terjadi di Diknas pusat (kesepakatan Asahpena-Diknas, dll) dan untuk di wilayahnya diberlakukan ketentuan sesuai prosedur yang berlaku di daerah.
Faktor Penguat Melakukan Sekolah Rumah
- Sekolah rumah merupakan sebuah program belajar mandiri di rumah. Maka, pendekatan yang digunakan pun bersifat lebih individual. Setiap anak akan memperoleh pendidikan dengan potensi dan kecenderungan minat masing-masing. Setiap karakter khas anak, dan perkembangan dirinya, dapat selalu dipantau orang tua secara personal.
- Fleksibilitas kurikulum
- Anak dan orang tua akan terlibat aktif dalam kegiatan sehari-hari sehingga keakraban dalam keluarga akan semakin kuat terjalin, sementara pengaruh buruk dari lingkungan dapat diminimalisir.
Faktor Penghambat Melakukan Sekolah Rumah
- Biaya. Sekolah rumah bisa jadi mahal, tetapi bisa juga murah. Biaya bisa jadi penghambat tapi bisa juga jadi penguat. Semua tergantung dari sudut mana kita memandang.
- Pengawasan. Sekolah rumah memang membutuhkan perencanaan dan pengawasan optimal. Disiplin dan konsistensi orang tua dalam mengajar atau memfasilitasi akan mempengaruhi sukses tidaknya sekolah rumah yang akan dijalani.
- Kapabilitas orang tua. Tidak hanya berkaitan dengan kemampuan mengajar anak tetapi juga kemauan orang tua untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Namun yang paling penting apakah orang tua mempunyai kepercayaan diri yang cukup besar untuk mengambil alih tanggung jawab pendidikan anak sepenuhnya.[5]
Hal-Hal Yang Harus Dipertimbangkan
Banyak keluarga yang menjalankan sekolah rumah
pada awalnya tidak serta merta langsung memutuskan untuk memilih menyekolahkan
anak di rumah. Mereka justru mengalami perjalanan panjang dalam menimbang baik
buruknya sekolah rumah bagi keluarga, belum lagi tekanan dari keluarga besar
serta lingkungan saat mengutarakan ingin sekolah rumah.
·
Komitmen Waktu -
Homeschooling akan menghabiskan sebagian besar waktu kita, ini bukan sekedar
duduk membaca buku selama beberapa jam – khususnya jika kita, seperti saya,
memilih meng-HS pra sekolah/bayi. Akan ada banyak eksperimen dan kegiatan yang
harus dilakukan, ada pelajaran yang harus disiapkan, ada pekerjaan yang harus
dinilai, ada field trips, dan lain-lain. Ada baiknya membuat jadwal, namun
tanpa jadwal pun tidak masalah.
·
Pengorbanan Pribadi – Orang
tua yang memilih HS harus menyadari bahwa mereka akan kehilangan waktu pribadi
untuk diri sendiri, karena sebagian besar waktu dihabiskan bersama anak-anak.
Namun kita bisa membuat kesepakatan dengan anak-anak atau membuat jadwal khusus
pribadi yang harus dikomunikasikan kepada mereka. Ini juga pembelajaran agar
anak-anak menghormati kesepakatan serta menghormati bahwa orang tua mereka
perlu waktu untuk memulihkan diri.
·
Hambatan Keuangan –
Homeschooling bisa jadi mahal bisa juga tidak, namun butuh komitmen waktu yang
berarti salah satu orang tua harus berada di rumah. Saya sendiri bukan
stay at home mother dan masha Allah sulit sekali. Beberapa teman,
akhirnya menyiasati dengan mengatur waktu sehingga mereka bisa sekolah 5 hari
dalam seminggu dan bekerja di 2 hari yang tersisa. Untuk keluarga saya, kami
kebanyakan beraktifitas malam hari selama 5 hari seminggu dan bisa full saat
akhir minggu. Biasanya di akhir minggu ini kami jalan-jalan.
·
Sosialisasi – Perhatian
lebih sangat diperlukan untuk memberi kesempatan anak bergaul dengan orang
lain. Kelebihan HS adalah kita bisa mengontrol dengan siapa anak
bersosialisasi, sehingga pengaruh buruk bisa diminimalisir..
·
Pengaturan Rumah Tangga –
Pekerjaan rumah tangga dan cucian masih harus dikerjakan, tapi tidak mungkin
diselesaikan semuanya di pagi hari. Jika kita orang yang suka kerapihan,
bersiap-siaplah karena HS membuat berantakan seluruh rumah. Ini hanya
masalah pengaturan yang baik. Dan semua saya yakin bisa.
·
Kedua Orang Tua Sepakat – Hal
yang penting adalah kedua orang tua sama-sama sepakat untuk mencoba HS. Akan
lebih sulit jika salah satu orang tua tidak setuju.
·
Apakah Anak Bersedia? – Anak
yang bersedia untuk mencoba HS akan memudahkan orang tua menjalankan HS
sehari-hari.
·
Satu Tahun Sekali – Ini
bukan komitmen seumur hidup. Banyak keluarga yang mengevaluasi HS mereka setiap
tahun.
·
Takut Mengajar?- Jika kita
bisa membaca dan menulis, kita pasti bisa mengajar anak kita. Kita tidak harus
punya gelar untuk bisa mengajar anak kita sendiri. Jangan biarkan orang lain
menghalangi kita!
·
Memohon Petunjuk –
Jangan lupa sholat Istikharah. Memohon petunjuk Allah atas segala yang akan
kita pilih dan lakukan. Berbicara dengan orang tua lain yang menjalankan HS atau
bergabung dengan komunitas juga sangat membantu.
Penerapan
Homeschooling
Ada
beberapa klasifikasi format homeschooling, yaitu:
1.
Homeschooling tunggal:
Dilaksanakan
oleh orangtua dalam satu keluarga tanpa bergabung dengan lainnya karena hal
tertentu atau karena lokasi yang berjauhan.
2.
Homeschooling majemuk:
Dilaksanakan
oleh dua atau lebih keluarga untuk kegiatan tertentu sementara kegiatan pokok
tetap dilaksanakan oleh orangtua masing-masing. Alasannya: terdapat
kebutuhan-kebutuhan yang dapat dikompromikan oleh beberapa keluarga untuk
melakukan kegiatan bersama. Contohnya kurikulum dari Konsorsium, kegiatan
olahraga (misalnya keluarga atlit tennis), keahlian musik/seni, kegiatan sosial
dan kegiatan agama.
3.
Komunitas homeschooling:
Gabungan
beberapa homeschooling majemuk yang menyusun dan menentukan silabus, bahan
ajar, kegiatan pokok (olah raga, musik/seni dan bahasa), sarana/prasarana dan
jadwal pembelajaran. Komitmen penyelenggaraan pembelajaran antara orang tua dan
komunitasnya kurang lebih 50:50.[6]
Tantangan homeschooling
Dalam perkembangannya, homeschooling juga
menghadapi beberapa tantangan, yaitu:
1.
Home schooling tunggal.
·
Sulitnya memperoleh dukungan/tempat bertanya,
berbagi dan berbanding keberhasilan.
·
Kurang tempat sosialisasi untuk mengekspresikan
diri sebagai syarat pendewasaan.
·
Orang tua harus melakukan penilaian hasil
pendidikan dan mengusahakan penyetaraannya.
2.
Homeschooling majemuk:
·
Perlu kompromi dan fleksibilitas jadwal,
suasana, fasilitas dan kegiatan tertentu.
·
Perlu ahli dalam bidang tertentu walaupun
“kehadiran” orang tua harus tetap ada.
·
Anak-anak dengan keahlian/kegiatan khusus harus
menyesuaikan/menerima lingkungan lainnya dengan dan menerima
“perbedaan-perbedaan” lainnya sebagai proses pembentukan jati diri.
·
Orang tua masing-masing penyelenggara
homeschooling harus menyelenggarakan sendiri penyetaraannya.
3.
Komunitas homeschooling.
·
Perlunya kompromi dan fleksibilitas jadwal,
suasana, fasilitas dan kegiatan tertentu yang dapat dilaksanakan bersama-sama.
·
Perlunya pengawasan yang professional sehingga
diperlukan keahlian dalam bidang tertentu walaupun “kehadiran” orang tua harus
tetap ada.
·
Anak-anak dengan keahlian atau kegiatan khusus
harus juga bisa menyesuaikan dengan lingkungan lainnya dan menerima
“perbedaan-perbedaan” lainnya sebagai proses pembentukan jati diri.
Kekuatan
homeschooling
·
Sebagai sebuah pendidikan alternatif,
homeschooling juga mempunyai beberapa kekuatan dan kelemahan. Kekuatan/kelebihan
homeschooling adalah:
Lebih memberikan kemandirian dan kreativitas individual bukan pembelajaran secara klasikal.
Lebih memberikan kemandirian dan kreativitas individual bukan pembelajaran secara klasikal.
·
Memberikan peluang untuk mencapai kompetensi
individual semaksimal mungkin sehingga tidak selalu harus terbatasi untuk
membandingkan dengan kemampuan tertinggi, rata-rata atau bahkan terendah.
·
Terlindungi dari “tawuran”, kenakalan, NAPZA,
pergaulan yang menyimpang, konsumerisme dan jajan makanan yang malnutrisi.
·
Lebih bergaul dengan orang dewasa sebagai
panutan.
·
Lebih disiapkan untuk kehidupan nyata.
·
Lebih didorong untuk melakukan kegiatan
keagamaan, rekreasi/olahraga keluarga.
·
Membantu anak lebih berkembang, memahami
dirinya dan perannya dalam dunia nyata disertai kebebasan berpendapat, menolak
atau menyepakati nilai-nlai tertentu tanpa harus merasa takut untuk mendapat
celaan dari teman atau nilai kurang.
·
Membelajarkan anak-anak dengan berbagai
situasi, kondisi dan lingkungan sosial.
Sedangkan
kelemahan homeschooling adalah:
·
Anak-anak yang belajar di homeschooling kurang
berinteraksi dengan teman sebaya dari berbagai status sosial yang dapat
memberikan pengalaman berharga untuk belajar hidup di masyarakat.
·
Sekolah merupakan tempat belajar yang khas yang
dapat melatih anak untuk bersaing dan mencapai keberhasilan setinggi-tingginya.
·
Homeschooling dapat mengisolasi peserta didik
dari kenyataan-kenyataan yang kurang menyenangkan sehingga dapat berpengaruh
pada perkembangan individu.
·
Apabila anak hanya belajar di homeschooling,
kemungkinan ia akan terisolasi dari lingkungan sosial yang kurang menyenangkan
sehingga ia akan kurang siap untuk menghadapi berbagai kesalahan atau
ketidakpastian.
Prasyarat
keberhasilan homeschooling
Agar
homeschooling dapat dilaksanakan dengan baik dan anak dapat merasa nyaman dalam
belajar, maka ada beberapa prasyarat keberhasilan dalam menyelenggarakan
homeschooling, yaitu:
·
Kemauan dan tekad yang bulat.
·
Disiplin belajar-pembelajaran yang dipegang
teguh.
·
Ketersediaan waktu yang cukup.
·
Keluwesan dalam pendekatan pembelajaran.
·
Kemampuan orang tua mengelola kegiatan.
·
Ketersediaan sumber belajar.
·
Dipenuhinya stkitar yang ditentukan.
·
Ditegakkannya ketentuan hukum.
·
Diselenggarakannya program sosialisasi agar
anak-anak tidak terasing dari lingkungan masyarakat dan teman sebaya.
·
Dijalinnya kerjasama dengan lembaga pendidikan
formal dan nonformal setempat sesuai dengan prinsip keterbukaan dan multimakna.
·
Terjalin komunikasi yang baik antar
penyelenggara homeschooling.
·
Tersedianya
perangkat penilaian belajar yang inovatif (misalnya dalam bentuk portofolio dan
kolokium)
Penutup
Anak-anak yang melakukan homeschooling mempunyai pilihan untuk
belajar. Mereka bebas menentukan apa yang ingin mereka pelajari dan kapan
mereka ingin belajar.
Tidak perlu disangkal jika kita memilih homeschooling
unutk anak-anak berarti kita harus siap
menghabiskan waktu dengan mereka lebih banyak. Kalau kita tidak menikmati kebersamaan dengan mereka, maka homeschooling
bukanlah pilihan yang tepat.
Referensi
http:Rumahku Sekolahku Catatan Ringan Seputar HomeSchooling atau
berSekolah di Rumah.htm. Tanggal 10 Maret 2013, 13:15
http:Homeschooling Sekolah Rumah atau Rumah Sekolah -
Ragam.htm Tangal 10 Maret 2013,
13:15
http: Menggagas Sekolah
Rumah - Belajar di Rumah.htm.
Tanggal 12 Maret 2013, 20:30
http: Fajar yudhi purnomo Efek Samping HomeSchooling.htm
No comments:
Post a Comment