Wednesday, 1 March 2017

PENGERTIAN HOMESCHOOLING



HOMESCHOOLING

Pendahuluan
Homeschooling (Sekolah Rumah) saat ini mulai menjadi salah satu model pilihan orang tua dalam mengarahkan anak-anaknya dalam bidang pendidikan. Pilihan ini muncul karena adanya perhatian para orang tua tentang kesesuaian minat oleh anak-anaknya. Homeschooling ini banyak dilakukan di kota-kota besar, terutama oleh mereka yang pernah melakukannya ketika berada di luar negeri.
Di Indonesia keberadaan homeschooling sudah mulai menjamur di Jakarta dan kota besar lainnya. Untuk tahap pertama, keberadaan proses belajar dan mengajar model rumahan ini belum menuai minat dari khalayak umum.
Namun kini, keberadaannya justru banyak dimanfaatkan kalangan menengah keatas, seperti artis, dan kalangan entertainer. Tak jarang didapati diantaranya kalangan olahragawan, atlit nasional juga kalangan biasa yang menginginkan rumah sebagai ruang kelas.
Di luar negeri istilah homeschooling (sekolah rumah) bukanlah hal baru. Istilah ini merujuk pada aktifitas pembelajaran anak yang dilakukan di rumah oleh orang tua atau orang dewasa lain di rumah. Bukan sekedar belajar, tapi belajar yang terstruktur sistematis dan mengacu kepada sebuah metode serta kurikulum stkitar.


Pembahasan
Secara etimologis, home schooling (HS) adalah sekolah yang diadakan di rumah. Meski disebut home schoooling, tidak berarti anak akan terus menerus belajar di rumah, tetapi anak-anak bisa belajar di mana saja dan kapan saja asal situasi dan kondisinya benar-benar nyaman dan menyenangkan seperti layaknya berada dirumah.  Keunggulan secara individual inilah yang memberi makna bagi terintegrasinya mata pelajaran kepada peserta didik.
Homeschooling (Sekolah rumah), menurut Direktur Pendidikan Kesetaraan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) Ella Yulaelawati, adalah proses layanan pendidikan yang secara sadar, teratur dan terarah dilakukan oleh orang tua atau keluarga dan proses belajar mengajar pun berlangsung dalam suasana yang kondusif.[1]
Tujuannya, agar setiap potensi anak yang unik dapat berkembang secara maksimal. Rumusan yang sama juga dipegang oleh lembaga-lembaga pendidik lain yang mulai menggiatkan sarana penyediaan program homeschooling.
Pendidikan luar sekolah didukung pula oleh falsafah, ketentuan yuridis, ilmu-ilmu dan teori-teori yang relevan dengan subsitem pendidikan ini. Uraian tentang factor pendukung tersebut kan diakhiri dengan bahasan mengenai strategi pembinaan pendidikan luar sekolah baik strategi pembinaan pendidikan luar sekolah baik strategi yang berkaitan dengan kebijakan penyelenggara program maupun yang berhubungan dengan pengelolaan pendidiknya.
A.    Pancasila
Pancasila, sebagai falsafah bangsa Indonesia dan landasan pendidikan nasional, memberikan dukungan kuat bagi pembinaan dan perkembangan pendidikan luar sekolah. Atas dasar falsafah Pancasila ini, pendidikan luar sekolah membantu peserta didik untuk memiliki dan mengembangkan wawasan Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan perwakilan, dan keadilan social.
Pancasila member landasan yang kuat untuk pembinaan dan pengembangan pendidikan luar sekolah yang berakar pada budaya bangsa Indonesia sendiri dan bertujuan mengembangkan kualitas manusia Indonesia yang bermoral, ketuhanana Yang Maha Esa, kemanusiaan,kebangsaan, kerakyatan, dan keadilan social dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan peserta didik, masyarakat, bangsa dan Negara.
B.     Undang-undang Dasar 1945
Sebagai pedoman pokok untuk menjabarkan Pancasila di dalam pendidikan bangsa, UUD 1945 sebagai sumber semua perundang-undangan dan sumber tatanan hidup bermasyarakat dan bernegara, memberikan pedoman dasar yang kuat bagi pembinaan pendidikan luar sekolah. Pedoman ini tercantum dalam Pembukaan maupun batang tubuh UUD 1945.
Pembukaan UUD 1945 menandaskan bahwa tujuan kemerdekaan adalah untuk “memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa”. Dalam batang tubuh UUD 1945 menyatakan bahwa tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (pasal 27 ayat 2), hak warganegara dan penduduku untuk berserikat dan berkumpul (pasal 28), Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu (Pasal 29 ayat 2), hak dan kewajiban setiap warga Negara ikut serta dalam usaha pembelaan Negara (pasal 30 ayat 1), tiap-tiap warganegara berhak mendapat pengajaran (Pasal 31 ayat 1), Pemerintah memajukan kebudayaan Nasional Indonesia (Pasal 32).
C.     Undang-undang RI nomor 2 Tahun 1989 dan Peraturan Pemerintah yang berkaitan dengan Pendidikan Luar Sekolah.
Undang-undang RI nomor 2 tahun 1989, memberikan arah bahwa pembangunan pendidikan, termsuk di dalamnya pembangunan pendidikan luar sekolah, adanya upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur, serta memungkinkan para warganya mengembangkan diri baik berkenaan dengan aspek jamnaniah maupun rohaniah berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
Peraturan pemerintah nomor 73 tahun 1991 tentang pendidikan luar sekolah merupakan pelaksaan undang-undang system pendidikan nasional. Menurut PP ini pendidikan luar sekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah adalah dilembagakan maupun tidak. Tujuan pendidikan luar sekolah adalah untuk pertama, melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan meningkatkan martabat dan mutu kehidupan. Kedua, memebina warga belajar agar memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri. Ketiga, memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah.
D.    Garis Besar Haluan Negara
GBHN menjelaskan bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhn yang Maha Esa, berbudi peerti luhur, berperikebadian, berdisiplin, bekerja kearas, tarmpil dan mandiri.
GBHN juga menjelaskan bahwa pendidikan ansional perlu dilakukan secara lebih terpadu dan serasi baik antara sector pendidikan dan sector-sektor pembangunan lainnya, antar-daerah maupun antar berbagai ejnjang dan jenis pendidikan.
E.     Falsafah Pendidikan
Falsafah pendidikan merupakan bagian dari falsafah umum. Berdasarkan tipe kajiannya falsafah dapat digolongkan tiga macam yaitu, spekulatif, preskriptif dan analitik.
Spekulatif adalah cara berfikir yang sistematik menegenai sesuatu kenyataan yang ada secara menyeluruh. Preskriptif adalah upaya kajian yang berkaitan dengan penetapan standar nilai-nilai, penentuan kegiatan, dan kiat tanggapan. Falsafah analitik adalah memusatkan kajiannya pada kata istilah dan arti.
Permasalahan umum pendidikan luar sekolah yang dikaji secara filsafah pada umumnya berkaitan dengan empat hal.
1.      Hakekat kehidupan, baik yang menjadi rujukan tentang kemana pendidikan luar sekolah harus mengarahkan tujuannya.
2.      Hakekat manusia yang menjadi peserta didik.
3.      Hakekat masyarakat
4.      Hakekat kenyataan atau realitas.

Ada beberapa alasan mengapa para orang tua di Indonesia lebih memilih sekolah rumah. Kecendrungannya antara lain, bisa menekankan kepada pendidikan moral atau keagamaan, memperluas lingkungan sosial dan tentunya suasana belajar yang lebih baik, selain memberikan pembelajaran langsung yang konstekstual, tematik, nonskolastik yang tidak tersekat-sekat oleh batasan ilmu.[2]
Ada beberapa alasan yang menyebabkan orang tua memilih sistem ini sebagai pola pembelajaran anak.
Pertama, orang tua sering berpindah tempat karena profesinya. Sekolah rumah membuat keluarga tidak terpisah dan anak punya banyak waktu bersama orang tuanya.
Kedua, ada keluarga yang merasa bahwa anaknya membutuhkan lebih dari sekedar akademis. Anak butuh pengalaman belajar yang sesuai  dengan minat anak dan juga tantangan. Sistem belajar di rumah memberikan lingkungan belajar dengan perbandingan guru dan murid yang ideal. Orang tua dan anaklah yang menentukan mau belajar apa, kapan dan dimana?
Ketiga,  mempertahankan keimanan dan ritual keagamaan anak. Sistem ini memungkinkan orang tua melatih anak bagaimana mempraktekkan hidup islami sehari-hari.
Keempat,  menghindari dan menjaga dari lingkungan sekolah yang berbahaya seperti dipalak atau dikompas anak nakal, tawaran narkoba, seks bebas atau tindakan kriminal lainnya.
Kelima,  meningkatkan keakraban keluarga di jaman di mana anak lebih banyak dididik oleh pengasuhnya atau orang dewasa lain atau dititipkan di sekolah yang sekaligus melayani penitipan anak. Sistem ini dapat menyambung kehangatan di dalam keluarga karena lebih banyak menghabiskan waktu bersama.
Karena itu, sebelum memutuskan anak pergi ke sekolah atau belajar di rumah, perlu diperhatikan betul kelebihan dan kekurangan kedua metode belajar ini dan pilihlah metode paling cocok yang memungkinkan anak mendapatkan pilihan terbaik.[3]

Metode dalam Sekolah Rumah
Berdasarkan pencarian, ada beberapa metode dalam homeschooling. Ini daftar singkatnya:
·         Charlotte Masson Method
Charlotte Mason mengembangkan pendekatan khusus terhadap pendidikan yang lebih fokus pada kurikulum berbasis literatur. 
·         Montessory Method
Menurut  Dr. Maria Montessori, “learning is a natural, self-directed process which follows certain fundamental laws of nature”. Rekomendasinya kepada orang tua dan guru adalah  “Follow the Child.”
·         The Electic Home Schooler
Banyak keluarga yang akhirnya memilih metode ini, karena untuk mengajarkan sebuah materi kita bisa menggunakan pendekatan yang berbeda-beda tergantung tujuan yang ingin dicapai. Kita bisa mengkombinasikan berbagai metode yang ada sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
·         Traditional Method
Metode tradisional lebih mirip memindahkan sekolah ke rumah, karena kita harus menyusun kurikulum, harus ada system penilaian dan pencatatan kegiatan belajar, serta adanya jadwal yang jelas.
·         Natural Learning Method
Kalau metode ini kebalikannya dari metode tradisional, tergantung keinginan anak Untuk informasi lebih lanjut kunjungi.
·         Unit Studies Method
Metode ini menggabungkan semua mata pelajaran ke dalam satu tema atau topic. Jadi untuk satu tema dinosaurus misalnya, kita bisa mengajarkan sejarah, IPA, matematika, melukis, dll.
·         Waldorf Method
Dikembangkan oleh Rudolf Steiner, metode ini menekankan seni dan kerajinan tangan, musik dan gerakan. Anak belajar membaca dan menulis dengan membuat buku sendiri. Kalau pernah dengar istilah Notebooking atau lapbooking, nah ini dasarnya[4]

Kurikulum Home schooling
Tentang kurikulum, memang di Indonesia cuma ada kurikulum tunggal. Itulah asyiknya homeschooling, kita bisa meracik sendiri kurikulum untuk anak sesuai dengan kebutuhan mereka. Dengan mengambil kurikulum luar yang bebas, lalu padu padankan sesuai kondisi anak-anak kita.

Ijazah Home Schooling
Untuk mendapat ijazah negara setara SD, SMP atau SMA, maka bisa menggunakan alternatif Ikut Program Paket. Caranya kita bisa konsultasi Ke Kantor DIKNAS setempat, bagian subdinas Pendidikan Luar Sekolah (PLS)
dan biasanya akan diarahkan untuk mengikuti unit penyelenggara program kegiatan belajar Masyarakat (PKBM) yang ada disekitar wilayah kita tinggal.
By the way, Paket A (setara SD) bisa melanjutkan ke SLTP formal, Paket B (setara SMP) bisa melanjutkan ke SLTA formal, Paket C (setara SMA) bisa melanjutkan ke Universitas Negeri maupun swasta (Eksak maupun Sosial). Dijamin Undang-undang Negara.
Catatan untuk para keluarga yang memutuskan HS :
  1. Sebisa mungkin segera melapor ke Diknas masing-masing untuk pendataan, terutama HSer yang sudah memasuki usia sekolah. Sepertinya Diknas tiap kota akan beda kebijakannya, jadi aktiflah mencari info.
  2. Mungkin akan berbeda tiap wilayah, tetapi belajar dari pengalaman
    teman-teman di Malang, Diknas tidak mau mengurusi HSer orang per orang/keluarga per keluarga, jadi sebaiknya segera dibentuk Asahpena Wilayah sebagai wadah, berapapun anggotanya. Selanjutnya Diknas hanya bersedia menerima laporan dari wadah Asahpena ini, bukan perorangan.
  3. Belajar dari Malang, Diknas kota/kab TIDAK PEDULI apa yang terjadi di Diknas pusat (kesepakatan Asahpena-Diknas, dll) dan untuk di wilayahnya diberlakukan ketentuan sesuai prosedur yang berlaku di daerah.

Faktor Penguat Melakukan Sekolah Rumah
  1.  Sekolah rumah merupakan sebuah program belajar mandiri di rumah. Maka, pendekatan yang digunakan pun bersifat lebih individual. Setiap anak akan memperoleh pendidikan dengan potensi dan kecenderungan minat masing-masing. Setiap karakter khas anak, dan perkembangan dirinya, dapat selalu dipantau orang tua secara personal.
  2. Fleksibilitas kurikulum
  3. Anak dan orang tua akan terlibat aktif dalam kegiatan sehari-hari sehingga keakraban dalam keluarga akan semakin kuat terjalin, sementara pengaruh buruk dari lingkungan dapat diminimalisir.

Faktor Penghambat Melakukan Sekolah Rumah
  1. Biaya. Sekolah rumah bisa jadi mahal, tetapi bisa juga murah. Biaya bisa jadi penghambat tapi bisa juga jadi penguat. Semua tergantung dari sudut mana kita memandang.
  2. Pengawasan. Sekolah rumah memang membutuhkan perencanaan dan pengawasan optimal. Disiplin dan konsistensi orang tua dalam mengajar atau memfasilitasi akan mempengaruhi sukses tidaknya sekolah rumah yang akan dijalani.
  3. Kapabilitas orang tua. Tidak hanya berkaitan dengan kemampuan mengajar anak tetapi juga kemauan orang tua untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Namun yang paling penting apakah orang tua mempunyai kepercayaan diri yang cukup besar untuk mengambil alih tanggung jawab pendidikan anak sepenuhnya.[5]

Hal-Hal Yang Harus Dipertimbangkan

Banyak keluarga yang menjalankan sekolah rumah pada awalnya tidak serta merta langsung memutuskan untuk memilih menyekolahkan anak di rumah. Mereka justru mengalami perjalanan panjang dalam menimbang baik buruknya sekolah rumah bagi keluarga, belum lagi tekanan dari keluarga besar serta lingkungan saat mengutarakan ingin sekolah rumah.
·         Komitmen Waktu - Homeschooling akan menghabiskan sebagian besar waktu kita, ini bukan sekedar duduk membaca buku selama beberapa jam – khususnya jika kita, seperti saya, memilih meng-HS pra sekolah/bayi. Akan ada banyak eksperimen dan kegiatan yang harus dilakukan, ada pelajaran yang harus disiapkan, ada pekerjaan yang harus dinilai, ada field trips, dan lain-lain. Ada baiknya membuat jadwal, namun tanpa jadwal pun tidak masalah.
·         Pengorbanan Pribadi – Orang tua yang memilih HS harus menyadari bahwa mereka akan kehilangan waktu pribadi untuk diri sendiri, karena sebagian besar waktu dihabiskan bersama anak-anak. Namun kita bisa membuat kesepakatan dengan anak-anak atau membuat jadwal khusus pribadi yang harus dikomunikasikan kepada mereka. Ini juga pembelajaran agar anak-anak menghormati kesepakatan serta menghormati bahwa orang tua mereka perlu waktu untuk memulihkan diri.
·         Hambatan Keuangan – Homeschooling bisa jadi mahal bisa juga tidak, namun butuh komitmen waktu yang berarti salah satu orang tua harus berada di rumah. Saya sendiri  bukan  stay at home mother dan  masha Allah sulit sekali. Beberapa teman, akhirnya menyiasati dengan mengatur waktu sehingga mereka bisa sekolah 5 hari dalam seminggu dan bekerja di 2 hari yang tersisa. Untuk keluarga saya, kami kebanyakan beraktifitas malam hari selama 5 hari seminggu dan bisa full saat akhir minggu. Biasanya di akhir minggu ini kami jalan-jalan.
·         Sosialisasi – Perhatian lebih sangat diperlukan untuk memberi kesempatan anak bergaul dengan orang lain. Kelebihan HS adalah kita bisa mengontrol dengan siapa anak bersosialisasi, sehingga pengaruh buruk bisa diminimalisir..
·         Pengaturan Rumah Tangga – Pekerjaan rumah tangga dan cucian masih harus dikerjakan, tapi tidak mungkin diselesaikan semuanya di pagi hari. Jika kita orang yang suka kerapihan, bersiap-siaplah karena HS membuat berantakan seluruh rumah.  Ini hanya masalah pengaturan yang baik. Dan semua saya yakin bisa.
·         Kedua Orang Tua Sepakat – Hal yang penting adalah kedua orang tua sama-sama sepakat untuk mencoba HS. Akan lebih sulit jika salah satu orang tua tidak setuju.
·         Apakah Anak Bersedia? – Anak yang bersedia untuk mencoba HS akan memudahkan orang tua menjalankan HS sehari-hari.
·         Satu Tahun Sekali – Ini bukan komitmen seumur hidup. Banyak keluarga yang mengevaluasi HS mereka setiap tahun.
·         Takut Mengajar?- Jika kita bisa membaca dan menulis, kita pasti bisa mengajar anak kita. Kita tidak harus punya gelar untuk bisa mengajar anak kita sendiri. Jangan biarkan orang lain menghalangi kita!
·         Memohon  Petunjuk – Jangan lupa sholat Istikharah. Memohon petunjuk Allah atas segala yang akan kita pilih dan lakukan. Berbicara dengan orang tua lain yang menjalankan HS atau bergabung dengan komunitas juga sangat membantu.



Penerapan Homeschooling
Ada beberapa klasifikasi format homeschooling, yaitu:
1.      Homeschooling tunggal:
Dilaksanakan oleh orangtua dalam satu keluarga tanpa bergabung dengan lainnya karena hal tertentu atau karena lokasi yang berjauhan.
2.      Homeschooling majemuk:
Dilaksanakan oleh dua atau lebih keluarga untuk kegiatan tertentu sementara kegiatan pokok tetap dilaksanakan oleh orangtua masing-masing. Alasannya: terdapat kebutuhan-kebutuhan yang dapat dikompromikan oleh beberapa keluarga untuk melakukan kegiatan bersama. Contohnya kurikulum dari Konsorsium, kegiatan olahraga (misalnya keluarga atlit tennis), keahlian musik/seni, kegiatan sosial dan kegiatan agama.
3.      Komunitas homeschooling:
Gabungan beberapa homeschooling majemuk yang menyusun dan menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok (olah raga, musik/seni dan bahasa), sarana/prasarana dan jadwal pembelajaran. Komitmen penyelenggaraan pembelajaran antara orang tua dan komunitasnya kurang lebih 50:50.[6]


Tantangan homeschooling
Dalam perkembangannya, homeschooling juga menghadapi beberapa tantangan, yaitu:
1.        Home schooling tunggal.
·         Sulitnya memperoleh dukungan/tempat bertanya, berbagi dan berbanding keberhasilan.
·         Kurang tempat sosialisasi untuk mengekspresikan diri sebagai syarat pendewasaan.
·         Orang tua harus melakukan penilaian hasil pendidikan dan mengusahakan penyetaraannya.
2.        Homeschooling majemuk:
·         Perlu kompromi dan fleksibilitas jadwal, suasana, fasilitas dan kegiatan tertentu.
·         Perlu ahli dalam bidang tertentu walaupun “kehadiran” orang tua harus tetap ada.
·         Anak-anak dengan keahlian/kegiatan khusus harus menyesuaikan/menerima lingkungan lainnya dengan dan menerima “perbedaan-perbedaan” lainnya sebagai proses pembentukan jati diri.
·         Orang tua masing-masing penyelenggara homeschooling harus menyelenggarakan sendiri penyetaraannya.
3.        Komunitas homeschooling.
·         Perlunya kompromi dan fleksibilitas jadwal, suasana, fasilitas dan kegiatan tertentu yang dapat dilaksanakan bersama-sama.
·         Perlunya pengawasan yang professional sehingga diperlukan keahlian dalam bidang tertentu walaupun “kehadiran” orang tua harus tetap ada.
·         Anak-anak dengan keahlian atau kegiatan khusus harus juga bisa menyesuaikan dengan lingkungan lainnya dan menerima “perbedaan-perbedaan” lainnya sebagai proses pembentukan jati diri.

Kekuatan homeschooling
·         Sebagai sebuah pendidikan alternatif, homeschooling juga mempunyai beberapa kekuatan dan kelemahan. Kekuatan/kelebihan homeschooling adalah:
Lebih memberikan kemandirian dan kreativitas individual bukan pembelajaran secara klasikal
.
·         Memberikan peluang untuk mencapai kompetensi individual semaksimal mungkin sehingga tidak selalu harus terbatasi untuk membandingkan dengan kemampuan tertinggi, rata-rata atau bahkan terendah.
·         Terlindungi dari “tawuran”, kenakalan, NAPZA, pergaulan yang menyimpang, konsumerisme dan jajan makanan yang malnutrisi.
·         Lebih bergaul dengan orang dewasa sebagai panutan.
·         Lebih disiapkan untuk kehidupan nyata.
·         Lebih didorong untuk melakukan kegiatan keagamaan, rekreasi/olahraga keluarga.
·         Membantu anak lebih berkembang, memahami dirinya dan perannya dalam dunia nyata disertai kebebasan berpendapat, menolak atau menyepakati nilai-nlai tertentu tanpa harus merasa takut untuk mendapat celaan dari teman atau nilai kurang.
·         Membelajarkan anak-anak dengan berbagai situasi, kondisi dan lingkungan sosial.
·         Masih memberikan peluang berinteraksi dengan teman sebaya di luar jam belajarnya.[7]
Sedangkan kelemahan homeschooling adalah:
·         Anak-anak yang belajar di homeschooling kurang berinteraksi dengan teman sebaya dari berbagai status sosial yang dapat memberikan pengalaman berharga untuk belajar hidup di masyarakat.
·         Sekolah merupakan tempat belajar yang khas yang dapat melatih anak untuk bersaing dan mencapai keberhasilan setinggi-tingginya.
·         Homeschooling dapat mengisolasi peserta didik dari kenyataan-kenyataan yang kurang menyenangkan sehingga dapat berpengaruh pada perkembangan individu.
·         Apabila anak hanya belajar di homeschooling, kemungkinan ia akan terisolasi dari lingkungan sosial yang kurang menyenangkan sehingga ia akan kurang siap untuk menghadapi berbagai kesalahan atau ketidakpastian.




Prasyarat keberhasilan homeschooling
Agar homeschooling dapat dilaksanakan dengan baik dan anak dapat merasa nyaman dalam belajar, maka ada beberapa prasyarat keberhasilan dalam menyelenggarakan homeschooling, yaitu:
·         Kemauan dan tekad yang bulat.
·         Disiplin belajar-pembelajaran yang dipegang teguh.
·         Ketersediaan waktu yang cukup.
·         Keluwesan dalam pendekatan pembelajaran.
·         Kemampuan orang tua mengelola kegiatan.
·         Ketersediaan sumber belajar.
·         Dipenuhinya stkitar yang ditentukan.
·         Ditegakkannya ketentuan hukum.
·         Diselenggarakannya program sosialisasi agar anak-anak tidak terasing dari lingkungan masyarakat dan teman sebaya.
·         Dijalinnya kerjasama dengan lembaga pendidikan formal dan nonformal setempat sesuai dengan prinsip keterbukaan dan multimakna.
·         Terjalin komunikasi yang baik antar penyelenggara homeschooling.
·         Tersedianya perangkat penilaian belajar yang inovatif (misalnya dalam bentuk portofolio dan kolokium)


Penutup
Anak-anak yang melakukan  homeschooling mempunyai pilihan untuk belajar. Mereka bebas menentukan apa yang ingin mereka pelajari dan kapan mereka ingin belajar.
Tidak perlu disangkal jika kita memilih homeschooling unutk anak-anak berarti kita harus siap menghabiskan waktu dengan mereka lebih banyak. Kalau kita tidak menikmati kebersamaan dengan mereka, maka homeschooling bukanlah pilihan yang tepat. 


Referensi
http:Rumahku Sekolahku   Catatan Ringan Seputar HomeSchooling atau berSekolah di Rumah.htm. Tanggal 10 Maret 2013, 13:15
http:Homeschooling   Sekolah Rumah atau Rumah Sekolah - Ragam.htm Tangal 10 Maret 2013, 13:15
http: Menggagas Sekolah Rumah - Belajar di Rumah.htm. Tanggal 12 Maret 2013, 20:30
http: Fajar yudhi purnomo  Efek Samping HomeSchooling.htm


[1] fajar yudhi purnomo  Efek Samping HomeSchooling.htm
[2] Rumahku Sekolahku   Catatan Ringan Seputar HomeSchooling atau berSekolah di Rumah.htm
[3] ibid
[4] Menggagas Sekolah Rumah - Belajar di Rumah.htm
[5] ibid
[6] Homeschooling   Sekolah Rumah atau Rumah Sekolah - Ragam.htm
[7] ibid

No comments:

Post a Comment