PROSES PENDIDIKAN DI NEGARA FINLANDIA
Heru Prasetyo
Pendahuluan
Sudah pernah ke negara Finlandia? Sebuah negara kecil di Eropa
dengan ibukota Helsinki, yang lebih dikenal karena produk ponsel ternama di
dunia, Nokia. Dan, tahukah Anda? Negeri yang juga pernah menjadi tuan rumah
perundingan damai antara Indonesia dan GAM (Gerakan Aceh Merdeka) ini ternyata
merupakan negara dengan peringkat pertama kualitas pendidikan terbaik di dunia,
bukan Amerika Serikat, Jerman atau Jepang. Amerika Serikat bahkan hanya
menduduki peringkat ke 17[1].
Hasil ini diperoleh melalui survei internasional pada tahun 2006
oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Organisasi
ini melakukan survey melalui sebuah tes yang diberi nama PISA (Programme for
International Student Assesment) yang mengukur kemampuan siswa dalam bidang
sains, matematika dan membaca. Yang lebih hebat lagi, negara ini tidak hanya
mempunyai keunggulan dalam bidang akademis saja, tetapi juga bisa berhasil
mendidik anak-anak lemah mental menjadi pintar dan cerdas secara akademis.
Jadi, apa yang membuat Finlandia negara peringkat nomer satu di dunia?
Pembahasan
Sistem pendidikan Finlandia adalah yang terbaik di dunia. Rekor
prestasi belajar siswa yang terbaik di negara-negara OECD dan di dunia dalam
membaca, matematika, dan sains dicapai para siswa Finlandia dalam tes
PISA. Amerika Serikat dan Eropa, dan
seluruh dunia gempar.
Kenapa Finlandia? Orang tua mengambil peran penting dalam
pendidikan anak. Untuk tiap bayi yang lahir kepada keluarganya diberi maternity
package yang berisi 3 buku bacaan untuk ibu, ayah, dan bayi itu sendiri.
Alasannya, PAUD adalah tahap belajar pertama dan paling kritis dalam belajar
sepanjang hayat. Sebesar 90% pertumbuhan otak terjadi pada usia balita dan 85%
brain paths berkembang sebelum anak masuk SD (7 tahun).
Kegemaran membaca aktif didorong. Finlandia menerbitkan lebih
banyak buku anak-anak daripada negeri mana pun di dunia. Guru diberi kebebasan
melaksanakan kurikulum pemerintah, bebas memilih metode dan buku teks. Stasiun
TV menyiarkan program berbahasa asing dengan teks terjemahan dalam bahasa
Finish sehingga anak-anak bahkan membaca waktu nonton TV.
Anggaran pendidikan Finlandia memang tidak sebesar negara-negara
lain di Eropa. Siswa disini tidak diberi jam tambahan belajar, seperti di
Indonesia yang setiap mendekati ujian selalu ada jam tambahan belajar. Tidak
menerapkan disiplin ala militer, tidak mencecar siswa dengan berbagai macam tes
dan rata-rata jam belajar di Finlandia cuma 30 jam per minggu, kalah jauh dari
Korea Selatan yang berada di peringkat kedua dengan rata-rata siswanya
menghabiskan 50 jam belajar per minggunya. Siswa di Finlandia mulai masuk
sekolah umur 7 tahun, usia yang lambat dibanding negara-negara lain.
Suasana belajar dan mengajar yang santai. murid-murid sekolah di
finlandia tidak mengenakan seragam saat bersekolah. mereka diizinkan memakai
pakaian kasual yang nyaman bagi mereka. hal ini juga berlaku pada guru-guru di
sana. tidak ada istilah PR ( pekerjaan rumah ) dalam sisiem sekolah di negri
ini. bahkan finlandia tercatat sebagai negara dengan waktu belajar terseingkat
di dunia dibanding negara maju lainnya yaitu 4-5 jam per hari. bayangkan
apabila ini terapkan di indonesia
Terus apa kunci sukses Finlandia dalam menyelenggarakan sistem
pendidikan? Jawabannya terletak pada kemandirian siswa dan kualitas pengajar
(Guru). Guru-guru disini harus mempunyai kualitas dan pelatihan metode
kurikulum yang terbaik. Guru diberi keluasaan dan kebebasan untuk menyusun
metode kurikulum yang sesuai dengan kemauannya. Walaupun gaji guru tidaklah
terlalu tinggi atau kurang memadai, tapi profesi guru di Finlandia sangatlah
dihormati dan dihargai oleh pemerintah dan masyarakat, selain itu mengajar
adalah karir prestisius di Finlandia. Proses untuk menjadi guru juga sangat
ketat, setelah lulus dari sekolah menengah, calon siswa terbaik langsung
mendaftar di fakultas pendidikan. Dan yang diterima cuma 1 banding 7 atau hanya
yang terbaik yang ditampung masuk di fakultas pendidikan calon guru. Tidak
hanya sampai disitu saja, untuk diterima menjadi seorang guru, harus masuk
peringkat 10 besar di fakultas pendidikan.
Kalau negara lain termasuk Indonesia menerapkan berbagai macam tes
dan evaluasi nilai ujian untuk mengetahui kualitas pendidikan, Finlandia
tidaklah demikian. Sistem pendidikan di negara ini tidak mengenal ujian
semester bahkan ujian nasional. Setiap siswa diuji hanya untuk mata pelajaran
yang dikuasainya saja dan diberi jadwal ujian sesuai dengan keinginan siswa
tersebut. Dengan kata lain guru memberi otonomi khusus kepada setiap siswanya.
Membuat suasana belajar jadi santai dan fleksibel, tidak ada rasa tertekan. Dan
siswa yang lambat akan lebih banyak mendapat dukungan intensif.
Dengan sistem inilah Finlandia berhasil berada di posisi teratas
negara yang sangat berhasil dalam mengelola sistem pendidikan nasional. Angka
drop out atau ketidaklulusan berkisar hanya 2 persen per tahunnya. Pemerintah
Finlandia tidak pernah mengintervensi sistem kurikulum yang dibuat sendiri oleh
guru. Karena guru bertanggung jawab penuh terhadap kurikulum yang disusunnya.
Para guru juga tidak dibebani target untuk menyelesaikan bahan pelajarannya,
tapi bahan pelajaran itu disesuaikan dengan kebutuhan setiap siswa
masing-masing. Siapapun presiden dan menteri pendidikan Finlandia, walaupun
selalu berganti, tidak akan berpengaruh terhadap sistem pendidikannya. Beda
dengan di Indonesia, berganti menteri pendidikan ganti juga kurikulum, sampai
buku pelajarannya. Karena sesungguhnya fungsi pemerintah hanyalah memajukan
pendidikan dari segi legalitas dan finansial saja.
Sistem ini sangat menguntungkan para guru disana, karena tidak
terpengaruh dengan suasana politik apapun yang sedang terjadi dalam
pemerintahannya. Pemerintah Finlandia menerapkan pendidikan gratis selama 12
tahun. Tidak ada jenjang SD dan SMP seperti di Indonesia, tapi 12 tahun lulus
langsung mendapat ijasah setara SMU. Kalau di Indonesia setiap ganti pelajaran
berganti guru, maka di Finlandia, setiap kelas akan diisi oleh 3 guru dan tidak
pernah berganti. Dua guru difungsikan sebagai guru mata pelajaran sedangkan
satu guru lagi sebagai pengawas dan pembimbing program studi. Jadi selama 12
tahun, 3 guru itu saja yang selalu menemani kita belajar. Waktu yang lama
tersebut membuat guru sudah memahami karakter para siswanya. Guru juga dilarang
mengkritik pekerjaan siswanya, karena akan membuat siswa malu. Jika salah,
siswa diminta untuk membandingkannya dengan nilai dia sebelumnya, bukan
dibandingkan dengan nilai siswa lain. Pemerintah
juga turut andil dalam menumbuhkan minat baca pada rakyat nya dengan memberikan
buku gambar gratis kepada pasangan orang tua baru. perpustakaan yang dapat
diakses dengan mudah dan fasilitas pendidikan lainnya. [2]
Penutup
Negara finlandia memang telah berhasil dalam menjadikan pendidikan
di negaranya sebagai kiblat bagi pendidikan di seluruh dunia, tapi belum tentu
juga akan cocok untuk diterpkan di negara kita Indonesia.
Dari beberapa langkah pendidikanya adalah sebagai berikut;
1.
Salah satunya dimana setiap pelajar diberi otonomi khusus untuk
menentukan jadwal ujiannya untuk mata pelajaran yang menurutnya sudah dia
kuasai.
2.
satu orang guru (gelar s2) bertindak sebagai guru mata pelajaran
sedangkan satu orang lagi (gelar s1) menjadi pengawas dan pembimbing setiap
siswa dalam memahami setiap bidang studi.
3.
Tugas tugas (PR), les tambahan dan bimbingan ini dan itu nyaris
tidak pernah ada di Finlandia.
4.
Sedangkan untuk SD dan SMP tidak lagi mengeluarkan izajah
mengingat tuntutan dunia kerja saat ini pun izajah dua jenjang pendidikan ini
tidak begitu diperlukan. Oleh karena itu, perpindahan dari tingkat SD ke SMP
cukuplah dengan nilai rapor begitu juga dari SMP ke SMA.
5.
Evaluasi belajar secara nasional hanya dilakukan dijenjang SMA
ketika yang bersangkutan akan melanjut keperguruan tinggi atau merambah dunia
kerja.
6.
Para siswa di Finlandia tidak mengenakan seragam. Bahkan kepala
sekolah mengenakan celana jeans dan kemeja berleher terbuka di sekolah. karena
mereka adalah para akademisi dan sudah terlatih.
7.
Pendidikan di sekolah berlangsung rileks dan masuk kelas siswa
harus melepas sepatu, hanya berkaus kaki.
8.
Persekolahan tingkat dasar dan menengah digabung, sehingga murid
tidak perlu berganti sekolah pada usia 13. Jadi mereka terhindar dari masa peralihan yang bisa
menganggu dari satu sekolah ke sekolah lain.
9.
Jasa termasuk makan siang panas gratis setiap hari, kesehatan
sekolah dan transportasi gratis bagi anak-anak yang tinggal terlalu jauh dari
sekolah untuk berjalan kaki atau menggunakan transportasi umum.
10.
Siswa bahkan tidak diharuskan untuk menjawab dengan benar, yang
penting mereka berusaha sebaik mungkin.
11.
Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa
mereka. Menurut mereka, jika kita mengatakan “Kamu salah” pada siswa, maka hal
tersebut akan membuat siswa malu. Dan jika mereka malu maka ini akan menghambat
mereka dalam belajar. Setiap siswa diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka
hanya diminta membandingkan hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak
dengan siswa lainnya. Jadi tidak ada sistem ranking-rankingan. Setiap siswa
diharapkan agar bangga terhadap dirinya masing-masing.
12.
Bahasa asing mulai diajarkan dari kelas I SD. Alasan kebijakan ini
adalah memenangkan persaingan ekonomi di Eropa, membuka kesempatan kerja lebih
luas bagi lulusan, mengembangkan wawasan menghargai keanekaragaman kultural.
13.
Siswa-siswa Finlandia ke sekolah hanya sebanyak 190 hari dalam
satu tahun. Jumlah hari liburnya 30 hari lebih banyak daripada di Indonesia
yang 220 hari.
14.
Setiap anak diwajibkan mempelajari bahasa Inggris serta wajib
membaca satu buku setiap minggu.
15.
Semua siswa di bimbing menjadi pribadi yang mandiri, mencari
informasi secara independent.
16.
Stasiun TV menyiarkan program berbahasa asing dengan teks
terjemahan dalam bahasa Finish sehingga anak-anak bahkan membaca waktu nonton
TV.
17.
Anak Finlandia tidak diijinkan belajar sebelum usia tujuh tahun.[3]
Referensi
http://edukasi.kompasiana.com/2012/02/12/rahasia-kesuksesan-pendidikan-finlandia.htm
No comments:
Post a Comment