Wednesday, 1 March 2017

PROSES PENDIDIKAN DI NEGARA FINLANDIA



PROSES PENDIDIKAN DI NEGARA FINLANDIA
Heru Prasetyo

Pendahuluan
Sudah pernah ke negara Finlandia? Sebuah negara kecil di Eropa dengan ibukota Helsinki, yang lebih dikenal karena produk ponsel ternama di dunia, Nokia. Dan, tahukah Anda? Negeri yang juga pernah menjadi tuan rumah perundingan damai antara Indonesia dan GAM (Gerakan Aceh Merdeka) ini ternyata merupakan negara dengan peringkat pertama kualitas pendidikan terbaik di dunia, bukan Amerika Serikat, Jerman atau Jepang. Amerika Serikat bahkan hanya menduduki peringkat ke 17[1].
Hasil ini diperoleh melalui survei internasional pada tahun 2006 oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Organisasi ini melakukan survey melalui sebuah tes yang diberi nama PISA (Programme for International Student Assesment) yang mengukur kemampuan siswa dalam bidang sains, matematika dan membaca. Yang lebih hebat lagi, negara ini tidak hanya mempunyai keunggulan dalam bidang akademis saja, tetapi juga bisa berhasil mendidik anak-anak lemah mental menjadi pintar dan cerdas secara akademis. Jadi, apa yang membuat Finlandia negara peringkat nomer satu di dunia?

Pembahasan
Sistem pendidikan Finlandia adalah yang terbaik di dunia. Rekor prestasi belajar siswa yang terbaik di negara-negara OECD dan di dunia dalam membaca, matematika, dan sains dicapai para siswa Finlandia dalam tes PISA.  Amerika Serikat dan Eropa, dan seluruh dunia gempar.
Kenapa Finlandia? Orang tua mengambil peran penting dalam pendidikan anak. Untuk tiap bayi yang lahir kepada keluarganya diberi maternity package yang berisi 3 buku bacaan untuk ibu, ayah, dan bayi itu sendiri. Alasannya, PAUD adalah tahap belajar pertama dan paling kritis dalam belajar sepanjang hayat. Sebesar 90% pertumbuhan otak terjadi pada usia balita dan 85% brain paths berkembang sebelum anak masuk SD (7 tahun).
Kegemaran membaca aktif didorong. Finlandia menerbitkan lebih banyak buku anak-anak daripada negeri mana pun di dunia. Guru diberi kebebasan melaksanakan kurikulum pemerintah, bebas memilih metode dan buku teks. Stasiun TV menyiarkan program berbahasa asing dengan teks terjemahan dalam bahasa Finish sehingga anak-anak bahkan membaca waktu nonton TV.
Anggaran pendidikan Finlandia memang tidak sebesar negara-negara lain di Eropa. Siswa disini tidak diberi jam tambahan belajar, seperti di Indonesia yang setiap mendekati ujian selalu ada jam tambahan belajar. Tidak menerapkan disiplin ala militer, tidak mencecar siswa dengan berbagai macam tes dan rata-rata jam belajar di Finlandia cuma 30 jam per minggu, kalah jauh dari Korea Selatan yang berada di peringkat kedua dengan rata-rata siswanya menghabiskan 50 jam belajar per minggunya. Siswa di Finlandia mulai masuk sekolah umur 7 tahun, usia yang lambat dibanding negara-negara lain.
Suasana belajar dan mengajar yang santai. murid-murid sekolah di finlandia tidak mengenakan seragam saat bersekolah. mereka diizinkan memakai pakaian kasual yang nyaman bagi mereka. hal ini juga berlaku pada guru-guru di sana. tidak ada istilah PR ( pekerjaan rumah ) dalam sisiem sekolah di negri ini. bahkan finlandia tercatat sebagai negara dengan waktu belajar terseingkat di dunia dibanding negara maju lainnya yaitu 4-5 jam per hari. bayangkan apabila ini terapkan di indonesia
Terus apa kunci sukses Finlandia dalam menyelenggarakan sistem pendidikan? Jawabannya terletak pada kemandirian siswa dan kualitas pengajar (Guru). Guru-guru disini harus mempunyai kualitas dan pelatihan metode kurikulum yang terbaik. Guru diberi keluasaan dan kebebasan untuk menyusun metode kurikulum yang sesuai dengan kemauannya. Walaupun gaji guru tidaklah terlalu tinggi atau kurang memadai, tapi profesi guru di Finlandia sangatlah dihormati dan dihargai oleh pemerintah dan masyarakat, selain itu mengajar adalah karir prestisius di Finlandia. Proses untuk menjadi guru juga sangat ketat, setelah lulus dari sekolah menengah, calon siswa terbaik langsung mendaftar di fakultas pendidikan. Dan yang diterima cuma 1 banding 7 atau hanya yang terbaik yang ditampung masuk di fakultas pendidikan calon guru. Tidak hanya sampai disitu saja, untuk diterima menjadi seorang guru, harus masuk peringkat 10 besar di fakultas pendidikan.
Kalau negara lain termasuk Indonesia menerapkan berbagai macam tes dan evaluasi nilai ujian untuk mengetahui kualitas pendidikan, Finlandia tidaklah demikian. Sistem pendidikan di negara ini tidak mengenal ujian semester bahkan ujian nasional. Setiap siswa diuji hanya untuk mata pelajaran yang dikuasainya saja dan diberi jadwal ujian sesuai dengan keinginan siswa tersebut. Dengan kata lain guru memberi otonomi khusus kepada setiap siswanya. Membuat suasana belajar jadi santai dan fleksibel, tidak ada rasa tertekan. Dan siswa yang lambat akan lebih banyak mendapat dukungan intensif.
Dengan sistem inilah Finlandia berhasil berada di posisi teratas negara yang sangat berhasil dalam mengelola sistem pendidikan nasional. Angka drop out atau ketidaklulusan berkisar hanya 2 persen per tahunnya. Pemerintah Finlandia tidak pernah mengintervensi sistem kurikulum yang dibuat sendiri oleh guru. Karena guru bertanggung jawab penuh terhadap kurikulum yang disusunnya. Para guru juga tidak dibebani target untuk menyelesaikan bahan pelajarannya, tapi bahan pelajaran itu disesuaikan dengan kebutuhan setiap siswa masing-masing. Siapapun presiden dan menteri pendidikan Finlandia, walaupun selalu berganti, tidak akan berpengaruh terhadap sistem pendidikannya. Beda dengan di Indonesia, berganti menteri pendidikan ganti juga kurikulum, sampai buku pelajarannya. Karena sesungguhnya fungsi pemerintah hanyalah memajukan pendidikan dari segi legalitas dan finansial saja.
Sistem ini sangat menguntungkan para guru disana, karena tidak terpengaruh dengan suasana politik apapun yang sedang terjadi dalam pemerintahannya. Pemerintah Finlandia menerapkan pendidikan gratis selama 12 tahun. Tidak ada jenjang SD dan SMP seperti di Indonesia, tapi 12 tahun lulus langsung mendapat ijasah setara SMU. Kalau di Indonesia setiap ganti pelajaran berganti guru, maka di Finlandia, setiap kelas akan diisi oleh 3 guru dan tidak pernah berganti. Dua guru difungsikan sebagai guru mata pelajaran sedangkan satu guru lagi sebagai pengawas dan pembimbing program studi. Jadi selama 12 tahun, 3 guru itu saja yang selalu menemani kita belajar. Waktu yang lama tersebut membuat guru sudah memahami karakter para siswanya. Guru juga dilarang mengkritik pekerjaan siswanya, karena akan membuat siswa malu. Jika salah, siswa diminta untuk membandingkannya dengan nilai dia sebelumnya, bukan dibandingkan dengan nilai siswa lain. Pemerintah juga turut andil dalam menumbuhkan minat baca pada rakyat nya dengan memberikan buku gambar gratis kepada pasangan orang tua baru. perpustakaan yang dapat diakses dengan mudah dan fasilitas pendidikan lainnya. [2]
Penutup
Negara finlandia memang telah berhasil dalam menjadikan pendidikan di negaranya sebagai kiblat bagi pendidikan di seluruh dunia, tapi belum tentu juga akan cocok untuk diterpkan di negara kita Indonesia.
Dari beberapa langkah pendidikanya adalah sebagai berikut;
1.     Salah satunya dimana setiap pelajar diberi otonomi khusus untuk menentukan jadwal ujiannya untuk mata pelajaran yang menurutnya sudah dia kuasai.
2.     satu orang guru (gelar s2) bertindak sebagai guru mata pelajaran sedangkan satu orang lagi (gelar s1) menjadi pengawas dan pembimbing setiap siswa dalam memahami setiap bidang studi.
3.     Tugas tugas (PR), les tambahan dan bimbingan ini dan itu nyaris tidak pernah ada di Finlandia.
4.     Sedangkan untuk SD dan SMP tidak lagi mengeluarkan izajah mengingat tuntutan dunia kerja saat ini pun izajah dua jenjang pendidikan ini tidak begitu diperlukan. Oleh karena itu, perpindahan dari tingkat SD ke SMP cukuplah dengan nilai rapor begitu juga dari SMP ke SMA.
5.     Evaluasi belajar secara nasional hanya dilakukan dijenjang SMA ketika yang bersangkutan akan melanjut keperguruan tinggi atau merambah dunia kerja.
6.     Para siswa di Finlandia tidak mengenakan seragam. Bahkan kepala sekolah mengenakan celana jeans dan kemeja berleher terbuka di sekolah. karena mereka adalah para akademisi dan sudah terlatih.
7.     Pendidikan di sekolah berlangsung rileks dan masuk kelas siswa harus melepas sepatu, hanya berkaus kaki.
8.     Persekolahan tingkat dasar dan menengah digabung, sehingga murid tidak perlu berganti sekolah pada usia 13. Jadi  mereka terhindar dari masa peralihan yang bisa menganggu dari satu sekolah ke sekolah lain.
9.     Jasa termasuk makan siang panas gratis setiap hari, kesehatan sekolah dan transportasi gratis bagi anak-anak yang tinggal terlalu jauh dari sekolah untuk berjalan kaki atau menggunakan transportasi umum.
10.                        Siswa bahkan tidak diharuskan untuk menjawab dengan benar, yang penting mereka berusaha sebaik mungkin.
11.                        Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka. Menurut mereka, jika kita mengatakan “Kamu salah” pada siswa, maka hal tersebut akan membuat siswa malu. Dan jika mereka malu maka ini akan menghambat mereka dalam belajar. Setiap siswa diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya. Jadi tidak ada sistem ranking-rankingan. Setiap siswa diharapkan agar bangga terhadap dirinya masing-masing.
12.                        Bahasa asing mulai diajarkan dari kelas I SD. Alasan kebijakan ini adalah memenangkan persaingan ekonomi di Eropa, membuka kesempatan kerja lebih luas bagi lulusan, mengembangkan wawasan menghargai keanekaragaman kultural.
13.                        Siswa-siswa Finlandia ke sekolah hanya sebanyak 190 hari dalam satu tahun. Jumlah hari liburnya 30 hari lebih banyak daripada di Indonesia yang 220 hari.
14.                        Setiap anak diwajibkan mempelajari bahasa Inggris serta wajib membaca satu buku setiap minggu.
15.                        Semua siswa di bimbing menjadi pribadi yang mandiri, mencari informasi secara independent.
16.                        Stasiun TV menyiarkan program berbahasa asing dengan teks terjemahan dalam bahasa Finish sehingga anak-anak bahkan membaca waktu nonton TV.
17.                        Anak Finlandia tidak diijinkan belajar sebelum usia tujuh tahun.[3]




Referensi
http://edukasi.kompasiana.com/2012/02/12/rahasia-kesuksesan-pendidikan-finlandia.htm


No comments:

Post a Comment