BAGAIMANAKAH CARA MENGEVALUASI KURIKULUM?
Sebelum masuk kepada pokok pembahasan, hendaknya
memulainya dari pengertian evaluasi kurikulum. Evaluasi kurikum terambil dari
dua kata, evaluasi dan kurikulum. Evaluasi adalah suatu proses pengumpulan data
untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan
sudah tercapai.[1]
Evaluasi berarti juga kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu
objek dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur
untuk memperoleh kesimpulan.[2]
Adapun kurikulum adalah rencana pelajaran, pengelaman belajar yang diperoleh
siswa dari sekolah, rencana belajar siswa. Kamus Webster’s New International
Dictionary (1953), memberikan arti kurikulum yaitu,
- Mata-mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari siswa di sekolah atau perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah.
- Mata-mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau suatu departemen.[3]
Maka evaluasi kurikulum adalah sebagai berikut:
- Evaluasi kurikulum merupakan dasar dalam pengembangan kurikulum selanjutnya. Sehingga setelah evaluasi kurikulum selesai muncul model kurikulum perbaikan dari kurikulum sebelumnya atau bahkan model kurikulum terbaru.
- Evaluasi atau penilaian kurikulum merupakan salah satu bagian dari evaluasi pendidikan, yang memusatkan perhatian kepada program-program pendidikan untuk anak didik.
- Evaluasi kurikulum adalah untuk meningkatkan program yang sedang dilaksanakan, sebagai alat untuk mengontrol kualitas dan juga sebagai dasar untuk membuat keputusan bagi program berikutnya.
- Evaluasi kurikulum adalah sebagai suatu alat untuk mempertanggungjawabkan keberadaan dan hasil sebuah program pendidikan teknik kepada masyarakat.
- Evaluasi kurikulum adalah proses memahami, mendapatkan dan mengumumkan informasi sebagai petunjuk pembuatan keputusan pendidikan dengan memperhatikan program yang tepat.
Pengertian evaluasi kurikulum adalah
penelitian yang sistematik tentang manfaat, kesesuaian efektifitas dan
efisiensi dari kurikulum yang diterapkan. Atau evaluasi kurikulum adalah proses
penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliable untuk
membuat keputusan tentang kurikulum yang sedang berjalan atau telah dijalankan.
Komponen-komponen
kurikulum yang dievaluasi juga sangat luas. Program evaluasi kurikulum bukan
hanya mengevaluasi hasil belajar dan proses pembelajarannya, tetapi juga desain
dan implementasi kurikulum, kemampuan dan unjuk kerja guru, kemampuan dan
kemajuan siwa, sarana dan fasilitas dan sumber-sumer belajar, dan lain-lain.
Evaluasi kurikulum ini dapat
mencakup keseluruhan kurikulum atau masing-masing komponen kurikulum seperti
tujuan, isi, atau metode pembelajaran yang ada dalam kurikulum tersebut. Secara
sederhana evaluasi kurikulum dapat disamakan dengan penelitian karena evaluasi
kurikulum menggunakan penelitian yang sistematik, menerapkan prosedur ilmiah
dan metode penelitian. Perbedaan antara evaluasi dan penelitian terletak pada
tujuannya. Evaluasi bertujuan untuk menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan
data untuk bahan penentuan keputusan mengenai kurikulum apakah akan direvisi
atau diganti. Sedangkan penelitian memiliki tujuan yang lebih luas dari
evaluasi yaitu menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk menguji
teori atau membuat teori baru.[4]
Fokus evaluasi kurikulum dapat
dilakukan pada outcome dari kurikulum tersebut (outcomes based
evaluation) dan juga dapat pada komponen kurikulum tersebut (intrinsic
evaluation). Outcomes based evaluation merupakan fokus evaluasi
kurikulum yang paling sering dilakukan. Pertanyaan yang muncul pada jenis
evaluasi ini adalah “apakah kurikulum telah mencapai tujuan yang harus
dicapainya?” dan “bagaimanakah pengaruh kurikulum terhadap suatu pencapaian
yang diinginkan?”. Sedangkan fokus evaluasi intrinsic evaluation seperti
evaluasi sarana prasarana penunjang kurikulum, evaluasi sumber daya manusia
untuk menunjang kurikulum dan karakteristik mahasiswa yang menjalankan
kurikulum tersebut.[5]
Bagaimanakah caranya mengevaluasi
kurikulum?
Ada beberapa model evaluasi
kurikulum, antara lain:
- Evaluasi model Penelitian
Model
evaluasi kurikulum yang menggunakan model penelitian didasarkan atas teori dan
metode tes psikologi serta eksperimen lapangan.
Eksperimen lapangan dalam pendidikan, dimulai tahun 1930 dengan menggunakan metode yang biasa digunakan dalam penelitian botani pertanian. Model eksperimen dalam botani pertanian dapat digunakan dalam pendidikan, anak disamakan dengan benih, sedang kurikulum serta berbagai fasilitas serta sistem sekolah dapat disamakan dengan tanah dan pemeliharaannya.
Salah satu pendekatan dalam evaluasi yang menggunakan eksperimen lapangan adalah mengadakan perbandingan antara dua macam kelompok anak, umpamanya yang menggunakan dua metode belajar yang berbeda. Kelompok pertama belajar membaca dengan metode global dan kelompok lain menggunakan metode unsur.
Eksperimen lapangan dalam pendidikan, dimulai tahun 1930 dengan menggunakan metode yang biasa digunakan dalam penelitian botani pertanian. Model eksperimen dalam botani pertanian dapat digunakan dalam pendidikan, anak disamakan dengan benih, sedang kurikulum serta berbagai fasilitas serta sistem sekolah dapat disamakan dengan tanah dan pemeliharaannya.
Salah satu pendekatan dalam evaluasi yang menggunakan eksperimen lapangan adalah mengadakan perbandingan antara dua macam kelompok anak, umpamanya yang menggunakan dua metode belajar yang berbeda. Kelompok pertama belajar membaca dengan metode global dan kelompok lain menggunakan metode unsur.
Ada
beberapa kesulitan yang dihadapi dalam eksperimen tersebut sebagai berikut:
1. Kesulitan
adminitratif, sedikit sekali sekolah yang mau dijadikan sekolah eksperimen. Masalah teknis dan
logis, yaitu kesulitan menciptakan kondisi kelas yang sama untuk
kelompok-kelompok yang diuji.
2. Sulit
mencampurkan guru-guru untuk mengajar pada kelompk eksperimen dengan kelompok
kontrol, pengaruh
guru-guru tersebut sukar dikontrol.
3. Ada
keterbatasan mengenai manipulasi eksperimen yang dapat dilakukan.
- Evaluasi Model Objektif
Evaluasi
model objektif berasal dari Ameriaka Serikat. Perbedaan model objektif dengan
model komparatif adalah dalam dua hal. Pertama dalam model objektif, evaluasi
merupakan bagian yang sangat penting dari proses pengembangan kurikulum.
Para
evaluator mempunyai peranan
menghimpun
pendapat-pendapat orang luar tentang inovasi kurikulum yang dilaksanakan.
Evaluasi dilakukan pada akhir pengembangan kurikulum, kegiatan penilaian ini
sering disebut evaluasi sumatif. Kedua kurikulum tidak dibandingkan dengan
kurikulum lain tetapi
diukur dengan seperangkat objektif (tujuan khusus). Keberhasilan pelaksanaan
kurikulum diukur oleh penguasaan siswa akan tujuan-tujuan tersebut.
Ada
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh tim pengembang model objektif :
1.
Ada kesepakatan tentang
tujuan-tujuan kurikulum.
2.
Merumuskan
tujuan-tujuan tersebut dalam perbuatan siswa.
3.
Menyusun materi
kurikulum yang sesuai dengan tujuan tersebut.
4.
Mengukur kesesuaian
antara perilaku siswa dengan hasil yang diinginkan.
Pendekatan
inilah yang digunakan oleh Ralph Taylor (1930) dalam menysun tes dengan titik
tolak pada perumusan tujuan tes, sebagai asal mula pendekatan sistem (system
approach). Pada
tahun 1950 Benyamin S.Bloom dengan kawan-kawannya menyusun klasifikasi sistem
tujuan yang meliputi daerah-daerah belajar (cognitive domain).[6]
Prinsip
Prinsip Evaluasi Kurikulum
Sasaran
utama yang paling penting dalam mengevalusi kurikulum adalah tujuan. Tujuan
adalah suatu acuan dari seluruh komponen yang ada dalam kurikulum. Tercapainya
tujuan atau tidak dapat merubah sebagian ataupun seluruh kurikulum, maka perlu
untuk dievaluasi. Seorang evaluator haruslah memegang beberapa prinsip-prinsip,
antara lain:
- Evaluasi mengacu kepada tujuan.
Supaya sesuai dengan sasaran, seseorang harus merumuskan tujuan terlebih
dahulu. Tujuan itu mempunyai macam-macamnya. Berdasarkan Taksonomi B.S. Bloom,
tujuan dibedakan menjadi beberapa klasifikasi, yaitu psikomotorik, afektif, dan
kognitif. Tujuan harus dirumuskan dengan jelas dan dapat diukur. Namun, apabila
evaluasi dalam hal-hal yang khusus belum dapat mengenai sasaran, maka harus
dilakukan evaluasi sebagian ataupun seluruh komponen-komponen yang ada.
- Seluruh bahan harus dicakup dalam evaluasi.
Seluruh aspek dalam tujuan harus tercantum dalam evaluasi. Ada dua cara
dalam mengevaluasi, pertama harus membuat butir-butir soal sebanyak-banyaknya
menurut tujuan yang ada dan bahan. Tentunya membutuhkan waktu yang lama. Kedua,
diambil samplenya saja yang dapat mewakili beberapa tujuan sehingga butir soal
tidak terlalu banyak dan tidak memakan waktu yang lama.
- Hasil sebenarnya merupakan dasar kajian.
Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus, karena kurikulum
berkembang pesat menurut perkembangan zaman, dengan maksud sebagai dasar untuk
memberikan feedback. Hasil harus menggambarkan apa yang ada, dengan tidak ada
unsur-unsur yang mempengaruhinya. Maka dibutuhkan
objektivitas agar dapat dijadikan sebagai dasar dalam memberikan feedback.[7]
Kesimpulan
Adalah cakupan evaluasi kurikulum
sangat luas, karena mencakup seluruh komponen yang ada dalam evaluasi. Ada
beberapa model evaluasi kurikulum, yaitu evaluasi model penelitian dan evaluasi model objektif. Model yang pertama
dengan membandingkan antara dua macam anak dan dua metode belajar yang berbeda.
Model ini mempunyai beberapa kesulitan, antara lain Kesulitan
adminitratif, sedikit sekali sekolah yang mau dijadikan sekolah eksperimen, dan sulit mencampurkan guru-guru dengan menggunakan
dua metode, dan adanya beberapa keterbatasan yang ada. Kedua adalah evaluasi
model objektif, evaluasi dilakukan pada akhir
pengembangan kurikulum, kegiatan penilaian ini sering disebut evaluasi sumatif.
Adapun prinsipnya adalah
1.
Evaluasi mengacu
pada tujuan
2.
Seluruh bahan
harus dicakup dalam evaluasi.
3.
Hasil sebenarnya
merupakan dasar kajian.
Referensi
–
Drs. Mohammad Ali, Pengembangan Kurikulum di
Sekolah, (Bandung, Sinar Baru, 1984.
–
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan, (Yogyakarta, Bumi Aksara, 2006), hal: 3)
–
Drs. M. Chabib Thoha, M.A, Teknik Evaluasi
Pendidikan, (Semarang, Rajawali Press, 1996), hal: 1.
–
Drs. Mohammad Ali, Pengembangan Kurikulum di
Sekolah, (Bandung, Sinar Baru, 1984), hal: 3
–
http://pepak/bagaimana_mengevaluasi_kurikulum
–
Lindeman, m. (2007). Program
evaluation. (internet). Available from: ww.tedi.uq.edu.au/conferences/a_conf/papers/isaacs.html
accessed 3 july 2007.
–
Posner, g.j., (2004). Analyzing
the curriculum. Mc graw hill. United states.
[1]. Prof.
Dr. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta,
Bumi Aksara, 2006), hal: 3)
[2] Drs. M.
Chabib Thoha, M.A, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Semarang, Rajawali
Press, 1996), hal: 1.
[4]Lindeman, m. (2007). Program
evaluation. (internet). Available from: ww.tedi.uq.edu.au/conferences/a_conf/papers/isaacs.html
accessed 3 july 2007.
[7]Drs.
Mohammad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung, Sinar Baru,
1984), hal 126.
No comments:
Post a Comment